REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB, pemimpin-pemimpin pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi internasional berjanji mendukung inisiatif global untuk meningkatkan akses terhadap tes, perawatan, dan vaksin Covid-19. Bantuan ini terutama untuk negara berkembang dan pendapatan menengah.
Dalam pertemuan sela Sidang Umum PBB Rabu (30/9) kemarin para pemimpin dunia berjanji menghibahkan satu miliar dolar AS untuk inisiatif tersebut. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut baik langkah tersebut.
"Menjadi kepentingan nasional dan ekonomi setiap negara untuk bekerja sama dalam memperluas akses secara masif tes dan perawatan dan mendukung vaksin sebagai kebaikan global, agar 'vaksin rakyat' tersedia dan dapat dijangkau semua orang, di mana pun," kata Guterres dalam pidato di acara yang berlangsung virtual tersebut.
Sekjen PBB mendesak masyarakat internasional menyumbang 35 miliar dolar termasuk 15 miliar dolar yang saat ini dibutuhkan untuk mendanai ACT-Accelerator agar pandemi Covid-19 dapat segera berakhir. Fasilitas COVAX ini akan menyalurkan vaksin yang aman dan efektif ke seluruh negara di dunia.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan negaranya berjanji menyumbangkan 732 juta dolar untuk fasilitas COVAX. Ia juga berjanji Inggris akan mengalokasikan dana sebesar 641 juta dolar untuk membantu negara pendapatan rendah dan menengah.
"Pandemi benar-benar menjadi ujian berat atas tekad internasional kami untuk bekerja sama dalam isu saat ini, pada isu yang dihadapi generasi kami, untuk menyelamatkan nyawa dan membangun kembali ekonomi," kata Raab.
Ia menyebut fasilitas COVAX sebagai 'aliansi tidak biasa' dan mendesak negara lain 'untuk mendukung aspirasi dengan sumber daya yang dibutuhkan'. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Komisi Eropa, Prancis, dan Bill & Melinda Gates Foundation meluncurkan ACT-Accelerator lima bulan yang lalu.