REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Media Iran laporkan Arab Saudi akan resmi memboikot produk Turki pekan ini. Sebelumnya, kerajaan telah menekan pengusaha lokal selama berbulan-bulan untuk tidak berdagang dengan Ankara sebagai bagian dari embargo.
Pekan lalu harian Turki, Cumhuriyet melaporkan larangan Saudi yang akan mulai berlaku minggu ini, ditujukan untuk memberikan pukulan pada ekonomi Turki yang sudah lumpuh.
"Pelanggan kami telah terbiasa dengan produk Turki, mereka puas tetapi, mereka tidak dapat membeli barang kami lagi mereka mengatakan kirim saja melalui negara ketiga," kata seorang pengusaha Turki seperti dikutip media Iran, Press TV, Kamis (1/10).
Pebisnis yang menolak disebut namanya itu mengatakan para pengusaha kecil dan menengah bingung. Lantaran ekspor ke Arab Saudi, terutama dari provinsi Hatay, Gaziantep, dan Diyarbakir telah dihentikan.
Sebelum boikot diresmikan, Arab Saudi sudah meminta bisnis lokal untuk tidak berdagang dengan Turki dan industrinya. Pada bulan Juli lalu, Middle East Eye melaporkan seorang pejabat Turki mengatakan Arab Saudi telah mencegah truk yang membawa buah dan sayuran segar melintasi perbatasan antar kedua negara.
Surat kabar Turki Dunya juga melaporkan pemerintah Saudi telah menghubungi para pengusaha dan memerintahkan mereka untuk tidak berdagang dengan perusahaan Turki atau membeli produk apa pun yang dibuat di Turki. Pemerintah Arab Saudi akan mengenakan denda kepada perusahaan mana pun yang mengabaikan perintah ini. Sejak tahun lalu, Riyadh sudah memberlakukan embargo tidak resmi terhadap barang-barang dari Turki, termasuk tekstil dan makanan beku.
Arab Saudi juga terus berkampanye untuk mencegah warganya bepergian ke Turki dengan alasan tidak aman. Hubungan Arab Saudi-Turki memburuk setelah negara itu bersama Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni 2017.
Langkah itu diikuti dengan blokade darat, laut, dan udara terhadap negara Arab Teluk itu. Turki menggantikan posisi Saudi dan UEA sebagai pemasok bahan makanan ke Qatar.
Konflik Saudi-Turki kian meruncing setelah pembunuhan atas Jamal Khashoggi, kolumnis koran the Washington Post, terjadi di dalam kantor Konsulat Saudi di Kota Istanbul, 2 Oktober 2018. Hasil penyelidikan Turki menyimpulkan pembunuhan itu dilakukan tim beranggotakan 15 warga Saudi atas perintah Putera Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman.
Kedua negara juga berseberangan dalam konflik Libya. Bersama UEA dan Mesir, Arab Saudi mendukung Jenderal Khalaf Haftar yang membentuk pemerintahan tandingan di timur Libya, sedangkan Turki mendukung pemerintahan di Ibu Kota Tripoli.