Jumat 02 Oct 2020 12:38 WIB

Di Parlemen Turki, Erdogan: Ada Jejak Ottoman di Yerusalem

Nenek moyang Turki menunjukkan rasa hormatnya terhadap Yerusalem.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan ada jejak perlawanan Kekaisaran Ottoman di Yerusalem. Hal ini dia sampaikan di hadapan anggota parlemen Turki di Ankara seperti dilansir di Times of Israel, Jumat (2/10).

"Di kota yang harus kami tinggalkan dengan air mata selama Perang Dunia Pertama, masih mungkin untuk menemukan jejak perlawanan Ottoman. Jadi Yerusalem adalah kota kami, kota dari kami," kata dia.

Baca Juga

Erdogan menekankan bahwa masalah Yerusalem bukan masalah geopolitik biasa. "Yerusalem bukanlah masalah geopolitik biasa bagi kami. Pertama-tama, tampilan fisik Kota Tua saat ini, yang merupakan jantung kota Yerusalem, dibangun oleh Suleiman the Magnificent, dengan tembok, bazar, dan banyak bangunannya," kata dia.

Nenek moyang Turki, lanjut Erdogan, menunjukkan rasa hormat mereka selama berabad-abad dengan menjaga agar Yerusalem dijunjung tinggi. "Dan orang-orang Palestina telah tinggal di Yerusalem selama ribuan tahun, tetapi mereka diduduki dan hak-hak mereka dilanggar," tutur dia.

"Kiblat pertama kami, al-Aqsa dan Kubah Batu di Yerusalem adalah masjid simbolis iman kami. Selain itu, kota ini adalah rumah bagi tempat-tempat suci agama Kristen dan Yudaisme," tambahnya.

Selain itu, krisis lain terkait persoalan Yerusalem adalah penindasan Israel terhadap Palestina dan praktik-praktik yang mengabaikan Yerusalem. Erdogan pun bersumpah untuk memperhatikan masalah Palestina. Ini suatu kehormatan atas nama negara dan bangsa Turki untuk mengekspresikan hak-hak rakyat Palestina yang tertindas.

"Dengan pemahaman ini, kami akan mengikuti dengan baik perjuangan Palestina, yang merupakan luka berdarah dari hati nurani global, dan kasus Yerusalem sampai akhir,"

tuturnya.

Kekaisaran Ottoman memerintah atas Yerusalem dari 1516 hingga 1917. Turki modern, negara penggantinya, telah lama menekankan hubungannya yang abadi dengan kota suci tersebut. Dia juga mengutuk upaya Israel menghakimi wilayah itu dan pengakuan pemerintah AS pada Desember 2017 sebagai milik Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement