REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, memeriksa pemulihan di desa yang banjir dan menjadi kunjungan terakhirnya ke daerah-daerah yang rusak akibat topan baru-baru ini. Kunjungan ini pun melahirkan kritik baru terhadap sistem sosialis yang diterapkan negara.
Melalui laporan kantor berita Korea Utara KCNA, Kim memuji kecepatan pekerjaan rekonstruksi di Kabupaten Kimhwa di tenggara selama kunjungan. "Tahun ini telah menjadi salah satu kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.
Badai dan banjir musim panas telah melanda Korea Utara dengan parah, menghancurkan ribuan rumah dan meningkatkan kekhawatiran akan memburuknya kekurangan pangan kronis di negara itu. Meski telah mendapatkan perbaikan, Kim mengutarakan kritik atas hasil kerja.
Kim mengatakan merasa menyesal karena rumah baru di daerah itu memiliki desain yang monoton. Sebelumnya, media pemerintah menyebut cookie-cutter houses sebagai model negeri sosialis yang mengiklankan upaya pemulihan rezim setelah ribuan rumah dihancurkan oleh banjir.
Pemimpin Korea Utara ini menegaskan, meskipun kecepatan itu penting, ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Dia berharap harmoni artistik dengan lingkungan sekitar dan keragaman harus digabungkan dengan tepat
Komentar Kim adalah kritik resmi terbaru di negara yang memiliki aturan ketat untuk pemujaan sosialis. Dalam beberapa pekan terakhir, media pemerintah mengatakan Pyongyang telah menemukan kesalahan dalam upayanya untuk memerangi Covid-19.
Selain itu, Kim pun belum lama ini menyatakan permintaan maaf yang langka. Peristiwa ini terjadi atas pembunuhan seorang pejabat Korea Selatan di perairan lepas pantai barat semenanjung Korea Utara.