REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Baru-baru ini sebuah penelitian menyebutkan, virus Corona bisa bergerak lebih dari enam kaki (1,82 m) di udara. Namun demikian, masih belum diketahui berapa intensitas kasus yang disebabkan karenanya.
Mengutip VOA Sabtu (3/10), penelitian juga menyebutkan jika droplets tersebar dalam berbagai ukuran. Utamanya, saat bersin, batuk, bicara, bernyanyi, berteriak, bahkan hanya jika sekedar bernapas.
Dengan dugaan itu, saran untuk menjaga jarak 6 kaki atau sekitar dua meter memang berdasar. Tujuannya, agar droplets atau partikel bisa jatuh ke tanah sebelum bergerak dan menyebar.
Namun demikian, beberapa ilmuan masih berfokus pada partikel yang lebih kecil atau disebut aerosol. Menurut pemaparan, bentuk itu bisa menyebar ke seluruh ruangan dan menumpuk jika ventilasi buruk. Sehingga, berpotensi menimbulkan infeksi jika terhirup.
Tak hanya itu, bentuk aerosol diperkirakan juga bisa bertahan di udara hingga berjam-jam. "Untuk aerosol, 6 kaki bukanlah jarak ajaib. Sehingga, menjaga jarak lebih jauh lebih baik," kata Linsey Marr, yang meneliti penularan penyakit menular melalui udara di Virginia Tech di Blacksburg, Virginia.
Selain saran biasa, para peneliti juga menekankan perlunya sistem ventilasi dan pemurni udara saat berada di dalam ruangan. Bahkan lebih baik, kata mereka, untuk tetap berada di luar ruangan saat berinteraksi dengan orang lain.