REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- China sedang dalam pembicaraan agar vaksin virus korona yang diproduksi secara lokal dinilai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Upaya itu sebagai langkah membuatnya tersedia untuk penggunaan internasional.
Ratusan ribu pekerja esensial dan kelompok lain yang dianggap berisiko tinggi di China telah diberi vaksin yang dikembangkan perusahaan lokal meskipun uji klinis belum sepenuhnya selesai. Untuk pasar internasional, Socorro Escalate, koordinator WHO untuk obat-obatan esensial dan teknologi kesehatan di kawasan Pasifik Barat, mengatakan China telah mengadakan diskusi awal dengan WHO untuk memasukkan vaksinnya ke dalam daftar untuk penggunaan darurat.
Prosedur pencatatan penggunaan darurat WHO memungkinkan vaksin dan perawatan yang tidak berlisensi dinilai sebagai upaya mempercepat ketersediaannya dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat. Hal itu membantu negara anggota WHO dan badan pengadaan PBB untuk menentukan penerimaan vaksin.
"Secara potensial melalui daftar penggunaan darurat ini kualitas dan keamanan vaksin ini dan kemanjuran dapat dinilai. ..dan kemudian ini dapat disediakan untuk pemegang lisensi kami," kata Escalante.
China memiliki setidaknya empat vaksin eksperimental dalam tahap akhir uji klinis. Dua vaksin dikembangkan oleh China National Biotec Group (CNBG) yang didukung pemerintah, dan dua sisanya masing-masing dari Sinovac Biotech SVA.O dan CanSino Biologics.
Vaksin-vaksin tersebut telah diuji di negara-negara seperti Pakistan, Indonesia, Brasil, Rusia, dan Uni Emirat Arab. Bulan lalu, UEA mengizinkan penggunaan darurat vaksin CNBG. Keputusan UEA itu menjadi izin darurat internasional pertama untuk salah satu vaksin China.