REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pasukan militer Arab Saudi di Yaman mengambil langkah baru mendirikan pangkalan militer di Hawf Protected Area. Kawasan itu adalah kawasan cagar alam penting terletak di provinsi timur Al Mahrah, yang bersebelahan dengan cagar alam Jebel Samhan di Oman.
Seperti dilansir Middle East Monitor, Selasa (6/10), yang mengutip sumber suku di sana, Portal berita Yaman melaporkan bahwa Saudi sudah mulai mendirikan barak di wilayah penggembalaan penting bagi komunitas suku semi-nomaden di provinsi tersebut. Militerisasi cagar alam tersebut diyakini akan memutus sumber pendapatan penting bagi komunitas Mahri yang sebagian besar bergantung pada penggembalaan ternaknya.
Menurut Kantor Pers Yaman, langkah Saudi itu dilakukan di tengah laporan tekanan terhadap Presiden Yaman yang diasingkan Abd Rabou Mansur Hadi. Dia juga diperkirakan akan menandatangani perjanjian yang memungkinkan kehadiran jangka panjang Saudi di Al-Mahrah, termasuk fasilitas militer.
Namun demikian, penduduk setempat menganggap Saudi sebagai kekuatan pendudukan dan aktivis telah menyerukan perlawanan bersenjata. Ada juga bentrokan dengan pasukan Saudi di provinsi tersebut.
Suku-suku lokal berbicara bahasa Semit unik yang dikenal sebagai Mehri yang mirip dengan bahasa asli Socotri yang digunakan di pulau Socotra di Yaman. Aktivis di Mahrah juga menolak kehadiran Uni Emirat Arab di Socotra.
UNESCO mendeskripsikan wilayah Hawf sebagai pusat keanekaragaman tumbuhan dan "oasis kabut" di Jazirah Arab yang sebagian besar gersang. Daerah tersebut ditetapkan sebagai cagar alam oleh pemerintah Yaman pada 2005 karena iklim yang unik dan keanekaragaman ekologi, yang dikatakan termasuk Macan Tutul Arab yang terancam punah, hewan nasional negara itu sejak 2008.
Gambar pertama hewan yang sulit ditangkap di Yaman diperoleh pada 2011 oleh Yayasan Perlindungan Macan Tutul Arab di Yaman (FPALY). Gambar tersebut diambil dalam sebuah proyek yang didukung oleh Dana Konservasi Spesies Mohammed Bin Zayed UEA.