REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Putra Mahkota Kuwait yang baru, Sheikh Meshal al-Ahmad al-Sabah, mengambil sumpah jabatan di parlemen pada Kamis. Ia menjanjikan komitmen negara Teluk Arab itu untuk demokrasi dan perdamaian serta menyerukan Kuwait agar menghindari perpecahan.
Majelis dengan suara bulat mendukung Sheikh Meshal dalam suksesi mulus yang mempertahankan kekuasaan dengan kuat dalam jajaran tertua keluarga Sabah.
Sheikh Meshal, dalam sambutannya yang disiarkan televisi, mengatakan Kuwait akan menjunjung tinggi komitmen regional dan internasional serta jalan pendekatannya pada perdamaian dan demokratis. Dia juga berjanji untuk mengibarkan panji partisipasi populer dan mempromosikan semangat toleransi yang menghindari perpecahan.
Sebelumnya penguasa baru Emir Sheikh Nawaf al-Ahmad (83) mengambil alih kekuasaan Rabu lalu (7/10) saat negara anggota OPEC yang bersekutu dengan AS itu menghadapi krisis likuiditas yang disebabkan oleh harga minyak yang rendah sertapandemi Covid-19.
Para diplomat dan analis mengatakan bahwa, karena usia dan gayanya yang sederhana, Emir Sheikh Nawaf mungkinmendelegasikan sebagian besar tanggung jawab kepada Sheikh Meshal, seorang tokoh kuat yang telah menjadi wakil kepala Garda Nasional sejak 2004 dan sebelum itu memimpin Keamanan Negara selama 13 tahun.
Penobatan Sheikh Meshal berbeda dengan keadaan di beberapa negara Teluk lainnya, terutama Arab Saudi. Di negara-negara itu, keluarga yang berkuasa mulai memberikan jabatan-jabatan utama kepada kalangan pangeran yang lebih muda.
Sheikh Nawaf dan Sheikh Meshal, keduanya adalah saudara dari almarhum penguasa, diharapkan untuk fokus pada masalah domestik saat Kuwait mempersiapkan pemilihan parlemen tahun ini dan pemerintah mencoba untuk menopang keuangan negara itu.