REPUBLIKA.CO.ID, BAKU - Pasukan Azerbaijan terus memberikan pukulan telak kepada militer Armenia di tengah bentrokan di perbatasan yang masih berlangsung antara kedua negara itu.
Hantaman artileri Azerbaijan menghancurkan komando dan zona pengamatan tentara Armenia, satu tank, dan tiga senjata, kata Kementerian Pertahanan Azerbaijan dalam sebuah pernyataan pada Rabu.
Tentara Azerbaijan melanjutkan operasi militer ke berbagai arah untuk memperluas pencapaiannya dalam beberapa hari terakhir.
Tentara Armenia menembaki desa Tartar, Barda, Agdam, Agjabedi, Fizuli, dan Jabrayil pada pagi hari, dan tentara Azerbaijan telah membalas serangan itu, ungkap pernyataan kementerian itu.
Kemhan Azerbaijan juga mengatakan bahwa tentaranya berhasil maju ke "arah yang ditargetkan", serta menguasai benteng-benteng baru dan melakukan pembersihan wilayah dari "musuh".
Selama operasi tersebut, banyak peralatan militer Armenia dihancurkan, tambah mereka.
Pada Rabu pagi, Angkatan Bersenjata Azerbaijan menghancurkan hingga 250 tank dan kendaraan lapis baja lainnya, hingga 270 artileri, beberapa sistem roket peluncuran, dan mortir, hingga 60 alat pertahanan udara, 11 pos kendali komando dan observasi komando, delapan depot amunisi, hingga 150 kendaraan, dan satu sistem rudal anti-pesawat S-300, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan tertulis.
Kementerian juga membagikan video rekaman penghancuran beberapa peralatan militer Armenia.
Bentrokan yang sedang berlangsung dimulai sejak 27 September, ketika pasukan Armenia menyerang permukiman sipil dan militer Azerbaijan di wilayah tersebut, yang menyebabkan korban jiwa.
Hubungan antara dua negara bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional. Sejumlah resolusi PBB serta banyak organisasi internasional menuntut penarikan pasukan Armenia dari wilayah tersebut.
OSCE Minsk Group - diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat - dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai bagi konflik itu, tetapi upayanya tak kunjung berhasil. Gencatan senjata disepakati pada 1994.
Banyak kekuatan dunia telah menyerukan gencatan senjata segera. Turki, sementara itu, mendukung hak Baku untuk membela diri.