REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohammad menyesalkan pelaksanaan Pemilu atau Pilihan Raya Negeri (PRN) Sabah yang telah membuat jumlah tertular Covid-19 di negara bagian tersebut meningkat.
"Sepatutnya PRN Sabah tidak diadakan," ujar pendiri Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang) tersebut melalui blog pribadinya di Kuala Lumpur, Senin (12/10).
Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) melaporkan Ahad (11/10) kasus Covid-19 di Sabah mencapai 488 yang semuanya merupakan kasus setempat.
"Sabah sudah ada PRN pada 2018. Warisan menang dan membentuk pemerintahan. Tetapi pemerintah pintu belakang pusat berhasrat menguasai Sabah juga melalui pintu belakang," katanya.
Dia mengatakan Pemerintah Warisan terpaksa dibubarkan untuk adakan PRN.
"Maka menanglah duit, karena dia raja. Tapi biayanya tinggi. Bukan saja uang ringgit, tetapi juga serangan Covid-19. Dari Sabah berkembang ke Semenanjung. Kononnya menteri kebal tidak perlu karantina, malangnya Covid-19 tidak tahu menteri kebal," katanya.
Maka, ujar Mahathir, berjangkitlah Covid-19 dan merebaklah 631 kasus sehari.
"Dari negeri yang selamat Sabah jadi klaster beribu akan jadi korban, meninggal pun ada. Kata pemimpin tertinggi, kalau menang, Pemilu akan diadakan. Jangan mangkir janji. Adakan Pemilu biar ratusan ribu dijangkiti, biar lebih banyak mati," tulis Mahathir.
Dia mengatakan: "Politik lebih utama dari prinsip dengan apa aku peduli dan aku dapat."