Senin 12 Oct 2020 14:37 WIB

Selandia Baru Beli 1,5 Juta Dosis Vaksin Covid-19

Selandia Baru membeli 1,5 juta dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer dan BioNTech

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Selandia Baru membeli 1,5 juta dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer dan BioNTech. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
Selandia Baru membeli 1,5 juta dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer dan BioNTech. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY - Pemerintah Selandia Baru menandatangani perjanjian untuk membeli sebanyak 1,5 juta dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer dan BioNTech, Senin. Pengiriman mungkin akan dilakukan pada triwulan pertama 2021.

Pemerintah tidak mengungkapkan rincian keuangan dalam perjanjian pembelian vaksin Covid-19 pertama Selandia Baru yang akan mencukupi kebutuhan 750 ribu orang itu.

Baca Juga

Pejabat pemerintahan menyebut mereka tengah melanjutkan pembicaraan dengan perusahaan pengembang vaksin lainnya untuk memesan lebih banyak dosis vaksin virus corona. Hal ini mengingat populasi negara itu berjumlah sekitar lima juta jiwa.

"Perjanjian lainnya akan menjamin bahwa setelah portofolio lengkap, kita akan mempunyai cukup vaksin Covid-19 untuk seluruh populasi," kata Menteri Penelitian Megan Woods dalam sebuah pernyataan.

Vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer, perusahaan farmasi Amerika Serikat, bersama dengan BioNTech yang berasal dari Jerman, menjadi salah satu kandidat vaksin yang bersaing untuk mendapatkan persetujuan regulasi di Amerika Serikat dan Eropa.

Wabah di Selandia Baru merupakan salah satu yang berhasil dikendalikan. Jumlah infeksi di negara itu hanya sekitar 1.500 kasus, dengan 25 kematian. Angka itu relatif sangat sedikit dibanding banyak negara di dunia serta jumlah kasus global yang kini mencapai 37 juta.

Ketika wabah mulai menyebar ke seluruh dunia, Selandia Baru mengambil langkah lockdown, penutupan wilayah, secara nasional hingga mengalami nihil kasus baru selama tiga bulan. Namun, kasus baru sempat muncul kembali di Auckland pada Agustus dan kini juga telah dapat dikendalikan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement