REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan sangat penting Armenia dan Azerbaijan menghormati gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. Perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Rusia akhir pekan ini telah rusak.
"Kami mengawasi dengan ketat pertempuran di perbatasan Armenia-Azerbaijan tersebut," kata Peskov.
Pada Sabtu (10/11) lalu kedua negara menandatangani perjanjian gencatan senjata. Armenia dan Azerbaijan saling tuding lawan masing-masing melanggar gencatan senjata itu.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia Shushan Stepanian mengatakan pasukan Azerbaijan 'dengan intens menembaki bagian selatan' zona konflik.
Sementara itu Kementerian Pertahanan Azerbaijan bersikeras mereka mengawasi dengan sesama gencatan senjata itu. Mereka menuduh pasukan Armenia menembaki wilayah mereka, Goranboy, Terter dan Agdam.
Pertempuran yang dimulai pada 27 September ini telah menewaskan ratusan orang. Sejak perang melawan separatis tahun 1994 gesekan kerap kali terjadi tapi hanya menimbulkan bentrokan kecil. Namun bentrokan tahun ini menimbulkan perang terbuka.
Gencatan senjata
Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan serangkaian sambungan telepon dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinian.
Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan menandatangani perjanjian senjata di Moskow. Perjanjian gencatan senjata itu ditandatangani pada Sabtu siang setelah dua menteri luar negeri bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Gencatan senjata ini harusnya membuka jalan untuk perundingan perdamaian. Bila gencatan senjata ini sukses maka akan menjadi keberhasilan besar bagi Moskow yang memiliki pakta keamanan dengan Armenia tapi juga menjaga hubungan baik dengan Azerbaijan.