Selasa 13 Oct 2020 17:09 WIB

Perdana Menteri Jepang Perintahkan Stimulus Ekonomi Baru

PM Jepang memberi sinyal lebih banyak kebijakan untuk bantu perekonomian

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Baru Jepang Yoshihide Suga
Foto: EPA-EFE/CARL COURT
Perdana Menteri Baru Jepang Yoshihide Suga

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan akan memerintahkan pemerintahannya menyusun langkah-langkah stimulus ekonomi tambahan. Surat kabar Jepang Nikkei melaporkan Suga meminta langkah itu dapat dilakukan mulai awal bulan November.

Langkah itu menjadi sinyal kesiapan pemerintah Jepang untuk menerapkan lebih banyak kebijakan untuk membantu perekonomian dari dampak pandemi Covid-19. Wabah virus corona menurunkan konsumsi dan bisnis Negeri Sakura.

Baca Juga

Pada Selasa (13/10), Nikkie melaporkan kebijakan ekonomi itu akan fokus untuk membantu pariwisata dan restoran. Dua industri yang paling terdampak menurunkan konsumsi yang disebabkan pandemi.

Pemerintah mungkin juga mempertimbangkan agar kebijakan stimulus itu memperpanjang inisiatif 'Go To Travel' yang memberikan subsidi ke industri pariwisata. Nikkie tidak mengungkapkan bagaimana mereka mendapatkan informasi ini.

Jepang sudah meluncurkan stimulus fiskal yang totalnya senilai 2,2 triliun dolar AS untuk merespon pandemi virus corona. Hal itu di antaranya memberikan bantuan tunai untuk rumah tangga dan memberikan pinjaman pada usaha kecil.

Dua langkah itu didanai oleh dua anggaran tambahan yang diloloskan parlemen. Pemerintah dapat memutuskan rancangan anggaran tambahan ketiga pada bulan Desember mendatang untuk mendanai langkah-langkah terbaru.

Nikkie menambahkan di saat yang sama pemerintah Jepang juga akan menyusun anggaran tahun untuk tahun fiskal berikutnya. Jepang mulai pulih dari dampak pandemi virus korona yang memicu krisis baik di dalam maupun luar negeri.

Pandemi memukul keras perdagangan global Negeri Sakura. Ekspor mobil dan produk manufaktur lainnya perekonomian terbesar ketiga mengalami penurunan signifikan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement