REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan sebanyak tujuh juta orang di seluruh dunia telah meninggal akibat kelaparan sepanjang tahun ini. Pandemi Covid-19 turut berperan dalam menggandakan jumlah masyarakat yang mengalami krisis pangan tersebut.
WFP, yang pekan lalu dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian, mengatakan masih terus berusaha menangani bencana kelaparan. Mereka telah mengumpulkan dana sebanyak 1,6 miliar dolar AS. "Kami punya lebih banyak uang untuk dikumpulkan guna memastikan kami menghindari kelaparan," kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley dalam konferensi yang diselenggarakan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), dikutip laman Daily Sabah pada Selasa (13/10).
Pandemi Covid-19 dan peraturan pembatasan sosial telah menempatkan masyarakat yang sebelumnya sudah mengalami kelaparan ke dalam situasi mencekik. Kelaparan terkait Covid-19 telah menyebabkan lebih dari 10 ribu anak meninggal per bulan selama tahun pertama pandemi.
Karena karantina dan rute perdagangan internasional mengganggu pasokan bantuan vital, PBB telah memperingatkan bahwa pandemi virus corona dapat memiliki "efek antargenerasi" pada kesehatan jutaan anak. Berdasarkan skenario terburuk yang ditulis para ahli PBB, hampir 180 ribu anak dapat meninggal pada 2020. Sedangkan, pandemi dapat menyebabkan anak-anak kehilangan 50 persen dari layanan perawatan dan nutrisi mereka.
Di negara-negara yang sudah mengalami krisis kemanusiaan, Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) telah memperingatkan bahwa hingga 100 persen layanan nutrisi esensial dapat terganggu. Yaman menjadi negara yang paling dicemaskan kondisinya. Konflik yang terus berkecamuk, ditambah bencana banjir plus pembatasan terkait Covid-19 telah memperburuk situasi kelaparan di sana.
Bencana kelaparan tidak pernah diumumkan secara resmi di Yaman. Namun, PBB telah menyatakan bahwa negara tersebut menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia.