REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Pemerintah Indonesia mulai menjajaki kerja sama dengan Imperial College London (ICL) dalam kunjungan kerja resmi Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, serta jajaran Kementerian Kesehatan, Selasa (13/10) waktu setempat. Pertemuan juga dilakukan untuk kesempatan penandatanganan Letter of intent (LoI) ICL, VacEquity Global Health ltd (VGH), dan Kementerian Kesehatan.
Dalam pertemuan dengan ICL dan VGH, pemerintah Indonesia membahas berbagai potensi kerja sama strategis ke depannya. Kerja sama itu, menurut Retno, berupa penelitian, pendidikan, dan inovasi terkait dengan pengembangan platform vaksin self-amplifying RNA (saRNA).
"Selain itu, kerja sama soal pencegahan serta pengendalian penyakit menular teknologi kesehatan dan peningkatan sumber daya manusia di bidang kesehatan," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers secara virtual, disimak di Jakarta, Rabu (14/10) malam.
Retno mengatakan, Indonesia dan ICL masih terus membahas kemungkinan dilakukannya uji klinis tahap ketiga untuk jenis vaksin saRNA di Indonesia. Vaksin saRNA ini, seperti diketahui memiliki arti penting. Sebab, vaksin memungkinkan pengembangan unit manufaktur modular atau pop-up yang dapat memastikan akses cepat atas vaksin di mana pun di dunia.
"Jadi intinya, berbagai pertemuan di London juga sangat bermanfaat bagi upaya kita untuk memperkuat health security dan kemandirian Indonesia dalam menghadapi penyakit infeksi masa depan dalam kerja sama teknis dengan CEPI dan ICL," ujar Menlu Retno.
Selama berada di London, rombongan pemerintah Indonesia juga melakukan berbagai pertemuan lain dengan CEPI, AstraZeneca, serta pertemuan dengan beberapa peneliti pelajar Indonesia di bidang kedokteran khususnya dalam pengembangan alat diagnostik terapeutik dan vaksin Covid-19.