REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Puluhan serangan udara dan darat yang diluncurkan oleh aliansi rezim Suriah-Rusia di Idlib, Suriah dalam 11 bulan terakhir adalah "pelanggaran hukum perang," ungkap sebuah laporan dari Human Rights Watch (HRW) pada Kamis (15/10).
Laporan tersebut mengonfirmasi 46 serangan darat dan udara yang secara langsung atau tidak langsung merusak sarana dan infrastruktur sipil di Idlib yang melanggar hukum kemanusiaan internasional, atau hukum perang. Aliansi tersebut menggunakan senjata pembakar, dan bom barel rakitan di daerah berpenduduk di mana sedikitnya 1.600 warga sipil tewas, memaksa sekitar 1,4 juta orang mengungsi serta menyebabkan infrastruktur sipil hancur dan rusak.
"Serangan ini hanya mewakili sebagian kecil dari total serangan selama periode itu di Idlib dan sekitarnya," kata HRW.
"Mereka mengungkapkan pelanggaran berulang terhadap hukum perang yang merupakan kejahatan perang, dan mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan," kata laporan itu.
Serangan itu "sangat merusak" hak-hak warga Suriah atas kesehatan, pendidikan dan standar hidup yang layak. HRW mengatakan tidak menemukan bukti senjata, peralatan atau personel militer oposisi di sekitar lokasi serangan pada saat serangan itu terjadi.
"Sebagian besar serangan yang didokumentasikan terjadi jauh dari tempat bentrokan aktif antara pasukan pemerintah Suriah dan kelompok bersenjata anti-pemerintah," kata HRW lagi.
Mereka menambahkan bahwa serangan itu sebagian besar terjadi di daerah berpenduduk sipil dan tanpa peringatan sebelumnya. Suriah dan Rusia mengklaim bahwa serangan di Idlib merupakan tanggapan atas serangan berulang terhadap pasukan kelompok bersenjata anti-pemerintah dan upaya untuk melawan "terorisme."
Laporan tersebut juga mencatat bahwa setelah pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dan Turki pada Maret, pemerintah Suriah mengambil alih hampir setengah wilayah di dan sekitar Idlib, termasuk ratusan kota dan desa yang sebagian besar tidak berpenghuni karena penduduk telah melarikan diri. Suriah dilanda perang saudara yang beraneka ragam sejak awal 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak para pengunjuk rasa pro-demokrasi. Ratusan ribu orang tewas dan lebih dari 10 juta mengungsi, menurut laporan PBB.