REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Masyarakat Selandia Baru mengunjungi tempat pemungutan suara. Mereka akan memilih antara Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang ingin melanjutkan periode kedua atau penantangnya Judith Collins.
Pemimpin Partai Buruh Ardern dan Partai Nasional Collins saling berhadapan dalam pemilihan untuk membentuk parlemen yang ke-53 dan referendum dua isu. Tempat pemungutan suara dibuka pada Sabtu (17/10) pukul 09.00 waktu setempat, mengutip reuters.
Walaupun sejumlah pemilih sudah memberikan suara mereka sebelumnya. Ada sejumlah peraturan yang ditetapkan di tempat pemungutan suara. Media dapat melaporkan penghitungan hingga tempat pemungutan suara ditutup pukul 19.00.
Setelah Komisi Pemilu diperkirakan akan mengumumkan hasil penghitungan awal. Pemilu tahun ini tertunda satu bulaan karena pandemi virus korona di Auckland yang membuat kota terbesar di Selandia Baru itu ditutup untuk kedua kalinya.
Selandia Baru yang berpopulasi 5 juta orang sudah tidak lagi memiliki kasus Covid-19. Mereka salah satu dari sedikit negara yang tidak mewajibkan pemakaian masker dan jaga jarak di ruang publik.
Partai Buruh mengincar periode kedua Ardern yang berhasil menghilangkan Covid-19. Sementara Collins berpendapat dia orang yang paling tepat untuk mengatasi krisis ekonomi pasca pandemi.
Komisi Pemilu Selandia baru mengatakan hampir 2 juta surat suara sudah masuk pada Jumat (16/10) kemarin. Artinya, lebih dari setengah dari total 3,5 juta pemilih.
Suara khusus seperti surat suara warga Selandia Baru di luar negeri dan mereka yang memilih di luar konstituennya akan dibuka pada 6 November. Selandia Baru juga menggelar referendum dalam isu euthanasia dan legalisasi ganja.
Bila legalisasi ganja menang maka Selandia Baru menjadi negara ketiga setelah Uruguay dan Kanada yang mengizinkan orang dewasa memakai dan menjual ganja di seluruh negeri. Hasil referendum ini akan diumumkan pada 30 Oktober.