REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Debat final pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) antara pejawat Donald Trump dan rivalnya Joe Biden akan dilengkapi dengan fitur tombol mute atau pembisuan mikrofon. Hal itu bertujuan agar masing-masing kandidat dapat berbicara tanpa terganggu interupsi dari lawannya.
Komisi Debat Presiden, Senin, mengatakan bahwa rencana itu diambil untuk menghindari kejadian yang sama terulang seperti debat pertama, ketika Trump dan Biden saling menimpali pemaparan lawan.
Tim kampanye Trump menyatakan keberatan atas perubahan ini, namun menyebut bahwa Partai Republik masih akan ikut serta dalam acara Kamis (22/20) malam waktu AS tersebut yang merupakan kesempatan terakhir untuk meraih suara menjelang pemilu pada 3 November.
"Presiden Trump berkomitmen untuk berdebat melawan Joe Biden kendati terdapat perubahan peraturan di waktu-waktu terakhir dari komisi yang berat sebelah ini, dalam upaya terakhir mereka untuk memberikan keuntungan kepada kandidat yang mereka sukai," kata manajer kampanye Trump, Bill Stepien.
Sebelumnya, Trump disebut menolak ikut serta dalam debat kedua yang dijadwalkan pada 15 Oktober lalu karena pengelola acara mengubah format menjadi debat virtual, menyusul kondisi Trump yang baru pulih dari Covid-19. Atas penolakan Trump, yang menyorot perhatian pada kemungkinan pembisuan pada mikrofonnya pada platform virtual, debat kedua tidak jadi digelar.
"Saya duduk di belakang komputer dan melakukan debat, ini hal yang konyol, lalu mereka juga bisa memotong (pembicaraan) kapan pun mereka mau," kata Trump dalam wawancara dengan Fox Business pada 8 Oktober.
Selain perihal teknis, tim kampanye Trump juga mengatakan pihaknya merasa tidak puas dengan pengumuman mengenai serangkaian topik debat final. Semestinya debat lebih difokuskan pada politik luar negeri dan menegaskan bahwa Komisi Debat Presiden condong pada Biden.
Tim kampanye Biden menyatakan bahwa kedua belah pihak sebelumnya telah setuju untuk menyerahkan kewenangan memilih subjek debat pada moderator. "Seperti biasa, presiden lebih menaruh perhatian pada aturan debat daripada soal dirinya yang menempatkan bangsa ini dalam krisis atas bantuan yang padahal dibutuhkan," kata juru bicara Biden, TJ Ducko.