REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) telah secara resmi mengajukan permintaan untuk membuka kedutaan besar di Israel. Hal itu merupakan langkah lanjut dari normalisasi diplomatik yang telah dilakukan kedua negara.
“Saya memiliki kepercayaan penuh atas dukungan tegas Anda untuk membuka misi diplomatik di Tel Aviv dan Abu Dhabi secepat mungkin. Harapan terbaik bagi kedua negara dan kedua negara sahabat untuk menikmati kemajuan dan kemakmuran di masa mendatang," kata Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed al-Nahyan dalam surat yang ditujukannya untuk Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi dikutip laman Times of Israel.
Surat tersebut diberikan delegasi UEA yang melakukan kunjungan resmi perdana ke Israel pada Selasa (20/10). Delegasi tersebut dipimpin Menteri Ekonomi UEA Abdullah bin Touq al-Mari dan Menteri Negara Urusan Keuangan UEA Obaid Humaid al-Tayer.
Ashkenazi menghargai langkah berani yang diambil UEA untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. "Hubungan antara negara kita merupakan langkah penting dan signifikan untuk mengubah Timur Tengah dari wilayah konflik menjadi wilayah harapan, kemakmuran, stabilitas, dan perdamaian," ujarnya.
Presiden Israel Reuven Rivlin turut menyambut kunjungan resmi perdana delegasi UEA. "Pesawat Etihad di Bandara Ben Gurion dan perjanjian yang ditandatangani hari ini dengan para menteri UEA adalah awal dari era baru perdamaian di Timur Tengah. Insya Allah lebih banyak akan mengikuti dan kami akan hidup dalam damai dan kerja sama dengan semua tetangga kami. Selamat datang di Israel!" kata Rivlin melalui akun Twitter pribadinya.
Delegasi UEA dan perwakilan Israel telah menandatangani empat perjanjian bilateral, termasuk perjanjian pembebasan visa. Hal itu akan memudahkan warga dari kedua negara untuk saling berkunjung.
Israel dan UEA mengumumkan kesepakatan normalisasi diplomatik pada 13 Agustus lalu. Sekitar sebulan setelah pengumuman itu, Bahrain mengikuti langkah UEA.
Normalisasi tersebut dapat tercapai berkat bantuan mediasi Amerika Serikat (AS). Washington mengklaim masih terdapat beberapa negara Arab yang bakal melakukan normalisasi dengan Tel Aviv.