Rabu 21 Oct 2020 07:31 WIB

Israel Temukan Terowongan Lintas Batas di Jalur Gaza

Militer Israel telah menemukan sekitar 20 terowongan sejak perang 2014.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Terowongan bawah tanah Gaza-Israel
Foto: AP
Terowongan bawah tanah Gaza-Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel menemukan terowongan lintas batas baru dari Jalur Gaza pada Selasa (20/10). Pasukan keamanan menyatakan, terowongan itu membentang puluhan meter di bawah tanah dan menuju ke Israel selatan.

Militer mengatakan para insinyurnya menemukan terowongan itu menggunakan sensor bawah tanah yang dipasang pada penghalang beton yang akan beroperasi 65 kilometer di sekitar Gaza. Juru bicara militer, Jonathan Conricus, menyatakan, terowongan baru itu berasal dari kota Khan Younis di Gaza selatan. 

Baca Juga

Terowongan tersebut membentang melintasi perbatasan Israel dan berakhir di bawah tanah sebelum mencapai penghalang. "Kami belum melihat titik keluar dari terowongan. Jadi Anda dapat menyimpulkan dari itu bahwa tujuannya bukan agar teroris muncul dari lokasi itu, melainkan lebih jauh di dalam Israel," ujar Conricus. 

Conricus mengatakan, militer belum menentukan pelaku yang membangun terowongan itu, tetapi menganggap Hamas harus bertanggung jawab. "Hamas bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berasal dari Jalur Gaza," ujarnya. 

Menurut Conricus, militer akan menutup terowongan dalam beberapa hari mendatang. Militer Israel telah menemukan sekitar 20 terowongan sejak perang 2014. 

Setelah pengumuman itu, sebuah roket ditembakkan dari Gaza yang dikuasai Hamas menuju Israel. Militer Israel berhasil melumpuhkan dengan sistem anti-misil Iron Dome. Sebagai tanggapan, pesawat Israel menyerang fasilitas Hamas di Gaza selatan.

Warga Palestina telah menggunakan terowongan bawah tanah untuk menyelundupkan segala macam barang komersial ke Gaza, serta membawa senjata untuk Hamas dan kelompok lain. Terowongan juga terkadang digunakan melancarkan serangan di dalam Israel, yang mempertahankan blokade darat dan laut di Gaza. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement