REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Sejumlah tentara menembakkan peluru pada massa aksi protes di distrik Lekki, wilayah komersial Ibu Kota Lagos di Nigeria, Selasa (20/10). Menurut saksi mata, tembakan itu mengenai setidaknya dua orang.
Ribuan orang Nigeria telah berdemonstrasi secara nasional setiap hari selama hampir dua pekan untuk menentang unit anti perampokan di kepolisian, Special Anti-Robbery Squad (SARS)--yang dituding kelompok HAM telah melakukan praktik pungutan liar, pelecehan, penyiksaan, dan pembunuhan.
Unit khusus tersebut dibubarkan pada 11 Oktober lalu. Namun massa aksi masih bertahan dengan menuntut reformasi besar-besaran pada penegakan hukum negara itu. "Mereka mulai menembakkan amunisi kepada kerumunan. Mereka menembak kerumunan. Saya melihat peluru mengenai satu atau dua orang," ujar Alfred Ononugbo (55), seorang petugas keamanan.
Kondisi dua orang tersebut belum diketahui. Amnesty International menyebut bahwa sedikitnya 15 orang terbunuh sejak aksi protes dimulai.
Dalam sebuah cuitan di Twitter, Angkatan Darat Nigeria mengatakan bahwa tidak ada tentaranya yang berada di lokasi saat penembakan terjadi.
Sementara Pemerintah Lagos menyebut akan membuka penyelidikan terhadap kejadian penembakan tersebut, yang menurut saksi mata terjadi sekitar pukul 19.00 waktu setempat. "Terdapat beberapa laporan mengenai penembakan di Lekki Toll Plaza," tulis Gboyega Akosile, juru bicara gubernur Lagos, dalam sebuah cuitan di Twitter.
"Pemerintah Negara Bagian telah memerintahkan penyelidikan terkait peristiwa ini," kata dia dalam cuitan berbeda.
Seorang fotografer, Inyene Akpan (26), menyebut bahwa lebih dari 20 orang tentara tiba di gerbang tol di Lekki dan menembakkan peluru. Dia juga menyebut dirinya melihat dua orang terkena tembakan.
Akinbosola Ogunsanya, saksi mata ketiga, mengatakan ia melihat 10 orang ditembak. Ia mengungkapkan, lampu penerangan mati sesaat setelah para tentara tiba. Ogunsanya juga mengatakan telah melihat para tentara itu mengambil jasad korban.
Saksi mata lainnya, Chika Dibia, mengatakan para tentara mengelilingi kerumunan selagi mereka menembak.
Seorang dokter di Rumah Sakit Reddington, yang tidak ingin disebutkan identitasnya, menyebut 13 orang dirawat di sana, termasuk beberapa yang mengalami luka tembakan.