REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yordania pada Rabu (21/10) melaporkan 2.648 kasus baru Covid-19, saat negara itu menghadapi sebuah wabah besar dengan tiga kali lipat jumlah kematian hanya dalam dua pekan terakhir. Ini merupakan angka harian tertingginya sejak awal pandemi.
Lonjakan dalam bulan terakhir itu menempatkan angka-angka infeksi Yordania di atas jumlah infeksi dari sebagian besar negara tetangganya di Timur Tengah dan membalikkan beberapa bulan keberhasilan dalam menahan wabah itu. Lonjakan itu juga beriringan dengan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah kematian harian, yang kini kisaran rata-ratanya 30.
Perdana Menteri Bisher al-Khasawneh mengatakan, negaranya memang memasuki "tahap yang sulit" setelah penularan komunitas yang meluas. Akan tetapi, Yordania tak akan memberlakukan kembali penguncian nasional.
"Penutupan-penutupan yang lama hanya akan mengarah pada penurunan sektor-sektor ekonomi keseluruhan," kata Khasawneh dalam komentar-komentar saat berbicara dengan pers.
Menurut Khasawneh, karantina wilayah yang ketat akan melumpuhkan kehidupan harian dan melemahkan perekonomian yang bergantung bantuan yang sudah terpuruk. Sejak awal pandemi, negara dengan sekitar 10 juta penduduk itu mencatat 43.620 infeksi dan 443 kematian, kata pihak berwenang.
Khasawneh mengatakan, pemerintah memilih penguncian satu hari untuk sisa tahun ini, namun jam malam akan diperpanjang dua jam mulai pukul 11 malam. Pemerintah juga memutuskan menutup rumah-rumah penitipan anak pada hari Sabtu.
Sekolah, akademi, dan universitas akan tetap tutup sementara restoran dan kafe akan buka dengan penjagaan kesehatan lebih ketat. Larangan yang tegas atas kegiatan sosial, yang mengumpulkan lebih dari 20 orang pada acara pernikahan dan penguburan, masih berlaku.
Menteri Kesehatan Nizar Obeidat mengatakan, pemerintah sedang bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan lebih dari 3.000 kasus per hari. Ia menyebut, pihak berwenang akan melakukan segalanya untuk mencegah keambrukan sistem perawatan kesehatan.
Yordania memiliki 1.300 ranjang rumah sakit dan 700 ranjang perawatan intensif serta 600 unit mesin bantu pernapasan dan punya kapasitas untuk menaikkan jumlah itu. Obeidat menyebut, kini terdapat 1.078 pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.