REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Mengikuti langkah negara-negara Teluk, Bahrain dan Uni Emirat Arab, Sudan telah memutuskan untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel di bawah mediasi Amerika Serikat.
Menurut seorang pejabat Israel yang dikutip oleh surat kabar Hayom, Khartoum kemungkinan akan membuat pengumuman resmi akhir pekan ini. Pada Rabu, sebuah jet pribadi yang membawa delegasi tingkat tinggi Israel dan pejabat intelijen Mossad bertolak dari Tel Aviv menuju Khartoum.
Pejabat itu mengklaim bahwa negosiasi dengan para pejabat Sudan telah dilakukan dan dan kesepakatan pengakuan bilateral telah dicapai. Langkah itu dilakukan setelah AS menghapus Sudan dari daftar negara sponsor terorisme.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pihaknya tengah mengupayakan agar Khartom bersedia mengakui Israel.
"Kami terus bekerja untuk membuat setiap negara mengakui Israel," ujar Pompeo.
"Itu kemungkinan adalah keputusan terbaik dari pemerintah Sudan. Kami berharap mereka akan melakukannya," kata dia lagi.
Sudan akan menjadi negara Arab kelima yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, yang telah menduduki tanah Palestina sejak 1967. Bahrain dan UEA sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik, budaya, dan komersial penuh dengan Israel setelah menandatangani perjanjian kontroversial di Gedung Putih pada 15 September.
Kesepakatan tersebut telah menuai kecaman dari Palestina, serta banyak negara termasuk Iran dan Turki. Kairo pada 1979 dan Amman pada 1994, juga meresmikan hubungan dengan Tel Aviv.