REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim dirinya tak rasialis. Hal itu dia sampaikan dalam debat final capres AS yang digelar di Belmont University, Nashiville, Tennessee, Kamis (22/10) malam waktu setempat.
Salah satu topik yang dibahas dalam debat tersebut adalah tentang rasialisme, termasuk perihal gerakan Black Lives Matter. Pada kesempatan itu Trump mengaku kecewa karena telah dianggap memusuhi kelompok ras minoritas, terutama orang-orang kulit hitam Amerika.
"Saya pikir saya memiliki hubungan yang baik dengan semua orang. Saya orang yang paling tidak rasialis di ruangan ini," kata Trump.
Dalam debat itu Trump pun ditanya tentang apa yang hendak disampaikannya kepada publik AS yang berpikir bahwa pernyataannya turut berkontribusi pada ketegangan rasial di Negeri Paman Sam. Hal itu karena Trump pernah menyebut Black Lives Matter sebagai gerakan kebencian.
"Saya tidak tahu harus berkata apa. Saya menyelesaikan reformasi peradilan pidana, reformasi penjara, zona peluang. Saya mengurus perguruan tinggi dan universitas kulit hitam. Mereka bisa mengatakan apa saja, itu membuat saya sedih," kata Trump.
Sementara capres AS dari Partai Demokrat Joe Biden menyatakan hal sebaliknya. Menurut dia, Trump adalah salah satu presiden paling rasialis dalam sejarah modern AS.
"Dia (Trump) menuangkan bahan bakar ke setiap kerusuhan rasialis. Dia memulai kampanye ini dengan menuruni eskalator sambil mengatakan bahwa dia akan menyingkirkan 'pemerkosa' Meksiko itu. Dia telah membuat segalanya menjadi lebih buruk di perbatasan," kata Biden.
Biden pun sempat menyinggung tentang kebijakan Trump yang melarang perjalanan dari negara-negara Muslim. (AP/Kamran Dikarma)