Sabtu 24 Oct 2020 16:01 WIB

Israel Izinkan AS Jual Sistem Senjata Khusus ke UEA

Pernyataan tersebut diyakini mengacu kepada pesawat tempur F-35 berteknologi tinggi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham di Halaman Selatan Gedung Putih, Selasa, 15 September 2020, di Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham di Halaman Selatan Gedung Putih, Selasa, 15 September 2020, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel mengatakan tidak akan menentang penjualan "sistem senjata khusus" Amerika Serikat (AS) ke Uni Emirat Arab (UEA). Israel dan UEA diketahui telah melakukan normalisasi diplomatik.

Pernyataan tersebut diyakini mengacu kepada pesawat tempur F-35 berteknologi tinggi. "Karena AS meningkatkan kemampuan militer Israel dan mempertahankan keunggulan militer kualitatif Israel, Israel tidak akan menentang penjualan sistem ini ke UEA," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dalam sebuah pernyataan bersama pada Jumat (23/10), dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Dalam pernyataannya, Israel memang tak menyinggung secara eksplisit pesawat F-35. Namun UEA sudah cukup lama menyatakan minat untuk memiliki pesawat tersebut. Sebelum normalisasi diplomatik tercapai, Israel menentang penjualan senjata apa pun oleh AS yang dapat mengalahkan kualitas dan kemampuannya.

Di bawah prinsip menjaga "keunggulan militer kualitatif" Israel, AS berkonsultasi dengan Tel Aviv mengenai penjualan senjata canggih yang diusulkan ke negara lain di kawasan. Setelah adanya normalisasi diplomatik, Washington setuju untuk mempertimbangkan mengizinkan UEA membeli pesawat F-35.

Kendati telah menjalin normalisasi diplomatik dengan UEA dan Bahrain, Israel tetap menegaskan kembali perlunya mempertahankan superioritas militernya. Israel dan UEA mengumumkan kesepakatan normalisasi diplomatik pada 13 Agustus lalu.

Sekitar sebulan setelah pengumuman itu, Bahrain mengikuti langkah UEA. Normalisasi tersebut dapat tercapai berkat bantuan mediasi AS. Washington mengklaim masih terdapat beberapa negara Arab yang bakal melakukan normalisasi dengan Tel Aviv.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement