REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis disebut telah kehilangan kendali atas pandemi Covid-19 setelah otoritas kesehatan melaporkan lebih dari 52 ribu kasus virus corona baru. Negara-negara di Eropa kini memberlakukan lebih banyak pembatasan untuk memperlambat lonjakan infeksi.
Spanyol selaku negara Eropa pertama yang melampaui 1 juta kasus Covid-19 terkonfirmasi mengumumkan keadaan darurat pada Ahad lalu. Spanyol menetapkan keadaan darurat mencakup jam malam nasional, pembatasan hanya enam orang dalam pertemuan tatap muka dan kemungkinan larangan perjalanan masuk dan keluar dari wilayah yang terkena dampak paling parah.
Jean-François Delfraissy selaku Presiden Dewan Ilmiah Prancis mengatakan negara itu berada dalam situasi sangat sulit. Pria yang jadi penasehat pemerintah Prancis mengenai Covid-19 itu bahkan berani menyebut Prancis dalam kondisi kritis.
"Mungkin ada lebih dari 50 ribu kasus baru setiap hari. Perkiraan kami di Dewan Ilmiah mendekati 100 ribu atau dua kali lebih banyak," kata Delfraissy dilansir dari Arab News pada Selasa (27/10).
Delfraissy memantau laju penyebaran Covid-19 amat sulit diredam.
“Antara mereka yang tidak dites dan pasien tanpa gejala, kami mendekati jumlah kasus itu. Ini berarti virus menyebar dengan sangat cepat," lanjut Delfraissy.
Prancis mengumumkan keadaan darurat sejak awal bulan ini. Prancis juga memberlakukan lebih banyak pembatasan sejak September untuk mencoba mengurangi penuhnya rumah sakit Prancis, dimana pasien Covid-19 menempati lebih dari setengah tempat tidur ICU.
Sementara itu, Kepala Departemen Infeksi dan Penyakit Tropis Rumah Sakit Pitie-Salpetriere Paris, Eric Caumes mengatakan negara itu perlu menjalani lockdown lagi.
"Kami kehilangan kendali atas pandemi ini sejak beberapa pekan lalu," ungkap Caumes.
Diketahui, korban tewas akibat Covid-19 yang dikonfirmasi di Eropa telah melampaui 250 ribu menurut hitungan oleh Universitas Johns Hopkins. Sedangoan jumlah korban tewas karena Covid-19 secara global lebih dari 1,1 juta.