REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sejumlah besar mahasiswa berkumpul di depan Kedutaan Besar Prancis di ibu kota Iran pada Rabu (29/10). Mereka memprotes pernyataan yang dinilai menghina Islam baru-baru ini oleh pejabat Prancis.
Demonstran membawa poster dan spanduk bertuliskan pesan tegas serta meneriakkan slogan yang menentang Presiden Prancis Emmanuel Macron. Aksi protes damai tersebut berlangsung selama beberapa jam. Massa menuntut permintaan maaf tanpa syarat dari Presiden Macron dan pejabat Prancis lainnya.
Massa juga mendesak pengusiran duta besar Prancis di Teheran dan pemboikotan terhadap produk Prancis sebagai bentuk protes sikap acuh tak acuh terhadap sentimen agama Muslim. "Mereka terus melakukan itu dan kami terus menentangnya. Namun kini saatnya untuk mengambil sikap dan mengajari mereka ajaran yang baik," kata Reza Alaavi, mahasiswa universitas Teheran kepada Kantor Berita Anadolu.
Ia mengatakan seluruh Muslim di dunia bersatu untuk melawan ini dan ini "kesempatan emas" untuk melawan Islamofobia sekaligus kebencian terhadap Muslim." Massa juga mengubah nama jalan di depan Kedubes Prancis dari Jalan Neauphle-le-Chateau menjadi Jalan Muhammad Rasulullah.
Jalan itu dinamai sebuah desa kecil di Prancis utara tempat pendiri Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, menghabiskan setahun di pengasingan pada 1978 setelah diusir dari Irak.
Alaavi menyebutkan permohonan resmi untuk mengganti nama jalan menjadi Jalan Muhammad Rasulullah akan segera diajukan kepada Kotamadya Teheran.
Sikap marah berkembang di Iran terkait pernyataan Islamofobia Presiden Macron, dengan masyarakat meminta agar pemerintah mengusir utusan Prancis dan juga memboikot produk Prancis. Pada Selasa, kuasa usaha Prancis di Teheran dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri untuk menyampaikan protes resmi terhadap "tindakan yang tak dapat diterima" dari otoritas Prancis.
Banyak pejabat senior Iran termasuk Presiden Hassan Rouhani, Menteri Luar Negeri Javad Zarif, Ketua Mahkamah Agung Ebrahim Raisi, Ketua Parlemen Baqer Qalibaf, Kepala Dewan Keamanan Nasional Ali Shamkhani dan penasihat senior Ali Akbar Velayati mengeluarkan pernyataan yang mengecam pejabat Prancis lantaran telah memicu Islamofobia.