REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulang tahun ke-71 BBC London Siaran Indonesia yang jatuh pada tanggal 30 Oktober 2020 ditandai dengan peluncuran buku berjudul “London Calling: Pengalaman Bekerja di BBC”. Buku setebal 426 halaman ini berisi catatan pengalaman 33 orang yang masih atau pernah bekerja untuk BBC Siaran Indonesia, ditambah dua catatan wafat (obituari) mengenai dua orang mantan Kepala Siaran Indonesia.
“Buku ini sebagai wujud persembahan dari kami untuk merayakan ulang tahun BBC Siaran Indonesia dengan penuh kesan. Melalui buku ini, setidaknya ada yang bisa kami catat sebagai kenangan untuk diri kami sendiri, keluarga, dan tentu saja para pendengar yang pernah memperhatikan, mendengarkan dan mengapresiasi pekerjaan kami dengan berbagai cara,” ujar Eka Budianta yang menggagas kelahiran buku ini.
Berawal dari reuni
Munculnya ide menyusun dan menerbitkan buku ini berawal dari reuni virtual yang diikuti lebih dari 30 peserta. Sebagian dari mereka masih menjalani karier sebagai wartawan di lembaga penyiaran terkemuka itu, sebagian lainnya telah pindah dan menempuh karir di bidang atau di lembaga lain.
Domisili mereka tersebar, mulai dari London (Inggris), Wina (Austria), Manila (Filipina), Tokyo (Jepang), Yangon (Myanmar), Indonesia (Medan, Jakarta, Depok, Yogyakarta), hingga Melbourne (Australia). Salah seorang peserta acara reuni itu adalah Rizal Sukma, Duta Besar Indonesia untuk Inggris (2016-2020) yang pernah bekerja sebagai produser paruh-waktu di BBC Siaran Indonesia, 1994-1997, saat menempuh studi doktoral di London.
Rencana pembuatan buku yang diusulkan Eka Budianta dalam reuni tersebut, disetujui para peserta. Tim persiapan pun dibentuk, terdiri dari tujuh orang, termasuk Eka Budianta yang bekerja sebagai penyiar di BBC dari 1988 hingga 1991. Eka juga dikenal sebagai penyair. Tim ini kemudian merumuskan sejumlah kriteria mengenai isi buku.
Kriteria utama adalah bahwa buku tersebut akan berisi catatan pengalaman pribadi masing-masing penulis selama bekerja di BBC Siaran Indonesia. Peluncuran buku ini ditargetkan bersamaan dengan peringatan ulang tahun ke-71 BBC Siaran Indonesia.
Dalam tempo relatif singkat, kurang dari empat bulan, tim persiapan berhasil mengumpulkan 33 wartawan/mantan wartawanBBC Siaran Indonesia lintas generasi, juga mantan staf dari bagian riset pendengar, yang bersedia menyumbangkan tulisan.
Sebagian penulis ini bekerja di kantor pusat BBC di London, sebagian lainnya di kantor Jakarta.Dua obituari juga menjadi bagian dari isi buku, yaitu tentang Colin Wild, Kepala Siaran Indonesia selama dua dasawarsa (1972-1992), dan Menuk Suwondo yang dipercaya memegang posisi itu selama 15 tahun (1998-2013). Ditambah dengan kata pengantar/pembuka dan penutup, buku ini memuat total 37 tulisan.
“Jumlah penulis yang bersedia untuk ikut dalam kegiatan ini sangat menggembirakan, lebih dua kali lipat dari apa yang diperkiran semula,” ungkap Eka Budianta. Dia mengaku, sudah merasa sangat senang bila buku ini dapat menjaring maksimum 15 tulisan.
Isi yang kaya
Buku yang dicetak oleh penerbit Kosa Kata Kita (KKK) ini mengungkapkan berbagai aspek, mulai dari kisah bagaimana penulisnya bisa bekerja untuk lembaga media bergengsi itu, juga pengalaman profesional yang mereka jalani setelah menyandang nama besar BBC. Para penulis yang dipekerjakan di kantor pusat BBC di gedung Bush House di jantung kotaLondon juga mengungkapkan berbagai pengalaman pribadi selama menjalani hidup di London.
Beragam alasan yang memicu para penulis ini untuk bekerja di BBC. Ada yang ingin melihat dunia, ada yang memang telah sejak kecil memimpikan berkarier di BBC. Mimpi itu ada yang bermula dari desa di pelosok Jawa, atau dari kota kecil dan besar di Sumatera dan wilayah lainnya di tanah air. Bahkan ada yang mulai menyalakan mimpi itu di dalam hatinya, dari satu pojok terpencil di kaki gunung di Sumatera Barat. Selain itu ada pula yang ingin ke BBC karena bosan dengan rutinitas irama kerja di Jakarta, dan kian bosan karena kerap ditanyamengapa masih juga hidup melajang.
Lebih dari itu, buku ini berisi pelajaran penting di bidang jurnalisme. Para penulisnya menceritakan berbagai penugasan jurnalistik yang mereka jalani, meliput ke berbagai penjuru tanah air maupun berbagai pelosok dunia. Perjalanan jurnalistik tersebut dilaksanakan melalui perencanaan yang matang, mengikuti standar jurnalisme BBC yang dikenal tinggi dan teruji, termasuk sikap imparsial (tidak memihak) sebagai salah satu pilar utama jurnalisme BBC.
Sejumlah tulisan di buku ini juga mengungkapkan betapa pentingnya pelatihan dengan beragam topik, yang diberikan kepada para awak BBC, sejak pertama kali bergabung hingga bertahun-tahun setelahnya. Di buku ini juga terlihat bagaimana BBC menempatkan riset khalayak (audience research) sebagai instrumen penting untuk mengetahui tanggapan khalayak terhadap program dan acara yang disiarkan, sekaligus menampung usul dari mereka untuk memperkaya program.
“Cakupan topik di buku ini sangat kaya dan beragam. Membaca buku ini, seakan-akan masuk ke dapur BBC Siaran Indonesia dan mendapatkan resep berharga tentang bagaimana para wartawannya menyiapkan berbagai program untuk disajikan ke pendengar. Juga bagaimana mereka menyiapkan diri untuk melakukan liputan di lapangan,” ujar Arya Gunawan Usis, yang bekerja di BBC dari tahun 1995 hingga 2000, dan dipercaya menjadi ketua tim persiapan buku.
Arya menambahkan, dia tidak menduga bahwa buku ini dapat terwujuddengan isi yang begitu kaya seperti ini. “Awalnya berupa angan-angan yang abstrak, bahkan terasa absurd. Apalagiwaktu yang tersediarelatifamatsingkat. Namun, dengansemangatkebersamaan yang sangattinggi, kami dapatmengubahangan-anganitumenjadikenyataan. Together we can,” sambung Arya.
BBC Siaran Indonesia mengudara pertama kali pada hari Minggu, 30 Oktober 1949. Sebelum itu, para pendengar di Indonesia sudah mengikuti Siaran Malaysia yang berdiri beberapa tahun sebelumnya. Salah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Sutan Sjahrir, pernah bersiaran di depan corong BBC Siaran Malaysia ini pada tahun 1947, untuk mempromosikan negara Indonesia merdeka yang kala itu masih berusia sangat muda.
BBC Siaran Indonesia mengalami masa jayanya di zaman Orde Baru, ketika media di Indonesia relatif tidak terlalu leluasa untuk menyampaikan berita seperti apa adanya. BBC tidak menghadapi kendala semacam itu, sehingga ia mendapatkan banyak penggemar yang menjadikannya sebagai sumber informasi alternatif.
Sejak tahun 2011, BBC Siaran Indonesia mulai menggeser fokusnya dari penyampaian informasi melalui siaran, ke penyajian informasi secara digital, dan belakangan juga lewat berbagai platform media sosial. Namanya pun bertukar, bukan lagi BBC Siaran Indonesia, melainkan BBC News Indonesia.