Rabu 04 Nov 2020 06:03 WIB

Korut Bangun Kapal Selam dengan Senjata Rudal Balistik

Korut membangun dua kapal selam baru yang mampu menembakkan rudal balistik

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nur Aini
Korea Utara (Korut) mengklaim berhasil menguji coba rudal balistik berbasis kapal selam atau submarine-launched ballistic missiles (SLBM) tipe terbaru. SLBM tipe terbaru bernama Pukguksong-3 itu diuji di perairan Teluk Wonsan di Laut Timur pada Rabu (2/10) pagi.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Korea Utara (Korut) mengklaim berhasil menguji coba rudal balistik berbasis kapal selam atau submarine-launched ballistic missiles (SLBM) tipe terbaru. SLBM tipe terbaru bernama Pukguksong-3 itu diuji di perairan Teluk Wonsan di Laut Timur pada Rabu (2/10) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) dilaporkan tengah membangun dua kapal selam baru yang mampu menembakkan rudal balistik. Laporan itu berasal dari Yonhap yang mengutip dinas intelijen nasional Korea Selatan. 

Dilansir Sputniknews, laporan pertama tentang persiapan Korut untuk pembangunan kapal selam rudal balistik tingkat lanjut muncul pada 2016. Laporan terbaru itu muncul saat putaran kesembilan pembicaraan tingkat tinggi antara Korea selatan dan International Atomic Energy Agency (IAEA) yang akan berlangsung minggu ini digelar untuk membahas program nuklir Korea utara dan topik-topik terkait lainnya.

Baca Juga

Pada Oktober, Korea Utara mendemonstrasikan perkembangan militer terbaru, sebuah rudal balistik yang diluncurkan dengan kapal selam dan sebuah rudal balistik antar-benua dalam sebuah parade besar-besaran yang menandai hari jadi ke-75 berdirinya partai pekerja yang sedang berkuasa.

Meskipun ada kemajuan Korea utara, Kepala Badan Pertahanan Korea Selatan Nam Sae-kyu mengatakan, bahwa teknologi Korea selatan masih jauh lebih maju dan militer negara ini mampu mencegat misil yang baru dikembangkan Pyongyang.

Program nuklir Korea Utara menjadi kekhawatiran masyarakat internasional selama beberapa dekade hingga saat ini. Amerika Serikat dan Korea utara telah menggelar dua pertemuan yang membahas denuklirisasi pada 2018 dan 2019, tetapi mengalami kebuntuan karena Washington menginginkan Pyongyang melucuti semua fasilitas nuklir sebagai syarat pelonggaran sanksi. Sementara, Korea Utara menilai  sanksi perlu dicabut sebelum denuklirisasi dimulai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement