REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Israel semakin khawatir atas hasil pemilu AS, Selasa (3/11). Mereka mengkhawatirkan kemenangan kandidat Demokrat Joe Biden dan kehilangan sekutunya, Donald Trump.
Israel mencari kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara kawasan, pengaruh dalam Partai Demokrat, dan kontak positif dengan tim kampanye Biden untuk meniadakan kemungkinan kebijakan luar negeri anti-Israel di Washington.
Menurut Pengamat Politik Palestina - Israel, Adnan Abu Amer, di antara kekhawatiran Israel tentang Biden di Gedung Putih adalah bahwa ia dapat membawa AS kembali ke dalam kesepakatan nuklir Iran yang ditarik Trump pada 2018.
"Israel juga memperkirakan masalah permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki akan kembali menjadi agenda pemerintahan Demokrat, yang kemungkinan akan melihat mereka sekali lagi sebagai penghalang perdamaian," kata Adnan Abu Amer dilansir di Middle East Monitor, Selasa (3/11).
PBB juga mungkin akan memberanikan diri untuk mengkritik permukiman ilegal tersebut. Hubungan Israel dengan Gedung Putih, sebagian besar orang Israel percaya, akan renggang.
Penilaian mereka, jika Biden terpilih, masalah Palestina akan menjadi prioritas utama politik luar negerinya, karena Biden akan berusaha menjauhkan diri dari kebijakan presiden sebelumnya. Demokrat radikal cenderung mendorong posisi kunci pemerintah dan dari sana memberikan tekanan pada Israel terkait permukiman.
Warga Israel masih mengingat 'masa lalu yang buruk' ketika Barack Obama menjabat. Pada 2016, Obama menandatangani perjanjian bantuan sepuluh tahun dengan Israel senilai 3,8 miliar dolar AS per tahun, yang harus diratifikasi Kongres setiap tahun. Saat ini, kelompok radikal di Partai Demokrat menuntut untuk memanfaatkan ini untuk mendorong Israel mengubah posisinya.
Selain itu, kecil kemungkinan janji Trump akan diberlakukan. Kedutaan Besar AS akan tetap berada di Yerusalem jika Biden di Gedung Putih, tetapi duta besar bisa berkedudukan di Tel Aviv.
Biden diyakini akan membuka kembali Kedutaan Besar Palestina di Washington, tepatnya Kantor Organisasi Pembebasan Palestina, yang ditutup Trump pada 2018. Selanjutnya, ia akan mengembalikan bantuan kepada lembaga-lembaga Palestina, serta UNRWA, yang menyediakan layanan dasar penting bagi pengungsi Palestina, tetapi Biden tidak bermaksud menggunakan bantuan kepada Israel sebagai alat untuk menekannya agar mengubah kebijakannya.
Tamu asing pertama Biden jika dia menang pada 3 November kemungkinan besar adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Benny Gantz, dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi. Mereka akan berharap dapat membuka lembaran baru dalam hubungan tersebut.