REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Siswa-siswa Singapura yang berusia di atas tujuh tahun harus menggunakan aplikasi pelacakan kontak Covid-19 atau perangkat yang dapat dikenakan mulai Desember. Dilansir BBC pada Rabu (4/11), keduanya menggunakan sinyal Bluetooth untuk mencatat setiap kontak dengan perangkat pengguna lain.
Ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk memungkinkan pertemuan dimulai kembali dan memberikan penelusuran yang lebih baik dalam pengaturan berisiko tinggi. Penelusuran ini terutama pada tempat seperti hotel, bioskop, dan pusat kebugaran yang sibuk.
Jika mereka lupa atau menghilangkan token, anak-anak tersebut dipastikan tidak akan ditolak di sekolah mereka. Mereka akan diminta untuk menggunakan label nama pada token mereka dan itu diharuskan dilepas ketika mengikuti beberapa kegiatan karena sifatnya yang tidak tahan air atau jatuh.
Pemerintah Singapura mengatakan bahwa aplikasi atau token TraceTogether akan menjadi wajib di tempat kerja, restoran, dan pusat perbelanjaan. Para pendukung juga menyarankan token bisa lebih baik untuk privasi.
Data pengguna disimpan di token, dibersihkan secara teratur dan dikirim ke Kementerian Kesehatan hanya setelah tes virus corona dinyatakan positif. Sekolah-sekolah Singapura telah dibuka sejak Juni, usai penutupan dua bulan. Pada Senin (2/11), negara tersebut tidak mencatat kasus lokal Covid-19 dan satu kasus impor.
Di Inggris, semua penggunaan aplikasi pelacakan kontak lokal bersifat sukarela dan tidak ada alternatif yang dapat dikenakan, meskipun idenya telah dieksplorasi. Persatuan Pendidikan Nasional guru dan staf pendukung mengatakan telah terjadi peningkatan infeksi virus corona 50 kali lipat di sekolah menengah sejak September.