REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemerintah Malaysia memproyeksikan perekonomian negaranya akan pulih dengan pertumbuhan ekonomi antara 6,5 persen dan 7,5 persen pada tahun depan. Menteri Keuangan Malaysia Tengku Dato' Sri Zafrul Tengku Abdul Aziz, yang juga senator, mengemukakan perkiraan itu, ketika pada Jumat menyampaikan Belanjawan (RAPBN) 2021 yang diarahkan untuk pemulihan dari Covid-19 di parlemen.
"Ini sejalan dengan langkah proaktif yang diambil pemerintah melalui paket rangsangan ekonomi. Inisiatif Belanjawan 2021 didukung oleh pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik sebanyak 5,2 persen," katanya.
Zafrul mengatakan Malaysia telah membuktikan kepada masyarakat dunia negaranya mampu mengurus ekonominya dalam keadaan menantang sekalipun. Dia mengutip IMF ekonomi global mencatat pertumbuhan negatif pada kisaran 4,4 persen pada tahun ini.
"Perdagangan dunia juga merosot pada kadar 10,4 persen. Krisis yang terjadi pada masa ini turut memberi dampak ekonomi pada lebih 150 negara. Ini merupakan krisis ekonomi terburuk sejak era the Great Depression pada sekitar 1930-an," katanya.
Dia mengatakan pemerintah telah melaksanakan pembatasan sosial, yang di Malaysia disebut dengan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP), yang memberi dampak mendadak kepada aktivitas ekonomi dan sosial rakyat.
"Bank Negara Malaysia memperkirakan menganggarkan negara mengalami kerugian di antara 2 juta hingga 2,4 juta ringgit sehari (Rp 8 miliar lebih)," katanya.
Pada kesempatan yang sama, dia mengatakan pada tahun ini pemerintah telah mengalokasikan 1,8 miliar ringgit untuk implementasi pengendalian pergerakan serta kebutuhan layanan kesehatan masyarakat terkait Covid-19. Antara lain untuk membeli alat pelindung serta reagen.
"Untuk tahun depan, 1 miliar ringgit lagi akan dialokasikan untuk mengekang gelombang ketiga Covid-19," katanya.