REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menjadi kandidat pejawat dalam pemilihan pemimpin negara adidaya itu tahun ini, tidak menerima hasil sementara yang menunjukkan bahwa rival dari Partai Demokrat, Joe Biden unggul. Setelah mengumumkan ‘kemenangan’ pada Rabu (4/11) pagi, ia menyalahkan sejumlah hal yang merupakan teori konspirasi.
Di antara teori konspirasi yang menurut Trump membuat hasil pemilihan presiden AS seperti adanya kecurangan dan penghitungan suara ilegal.
"Jika Anda menghitung suara sah, saya dengan mudah menang," ujar Trump saat berbicata di Gedung Putih pada Kamis (5/11).
Trump menuding bahwa pejabat pemilihan lokal telah menerima surat suara setelah Hari Pemilihan dan menambahkan statistik Biden. Pria berusia 74 tahun ini juga mengklaim bahwa dirinya sudah mengalahkan rival dari Demokrat tersebut, bahkan dengan adanya campur tangan dari media besar, uang, dan teknologi, memperluas batasan definisi istilah ‘campur tangan pemilu’.
Bahkan, menurut Trump kesalahpahaman itu termasuk hingga dalam pemilihan Kongres AS. Ia mengatakan banyak politisi perempuan dari Partai Republik yang tahun ini terpilih menjadi anggota kongres dibanding sebelumnya.
Trump menyebut Partai Republik tidak kehilangan satu pun kursi di Kongres AS, di mana pernyataan ini tidak tepat. Dari hasil pemilu, ada dua kursi di dua negara bagian yang hilang, yaitu North Carolina dan Georgia.
Sementara itu, Biden telah meminta pada para pendukungnya untuk tenang. Ia mengatavkan saat ini pejabat pemilihan negara bagian dan lokal di seluruh negeri terus menghitung dan melaporkan surat suara yang secara resmi diberikan pada atau pada Hari Pemilihan, Selasa (3/11) lalu.
“Demokrasi terkadang berantakan, jadi terkadang membutuhkan sedikit kesabaran. Tapi kesabaran itu telah dihargai selama lebih dari 240 tahun dengan sistem pemerintahan yang membuat iri dunia,” jelas Biden pada Kamis (5/11).