Senin 09 Nov 2020 01:02 WIB

Iran Sambut Berakhirnya Era Kepemimpinan Trump
 


Saya berharap kita menyaksikan perubahan dalam kebijakan Amerika

Rep: Puti Almas/ Red: Muhammad Akbar
Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri.
Foto: Fars Today
Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Mantan wakil presiden Iran Eshaq Jahangiri mengaku menantikan adanya perubahan yang positif saat berakhirnya kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pernyataan ini datang pascadiumumkannya kemenangan Joe Biden, kandidat dari Partai Demokrat pada pemilihan presiden negara adidaya itu tahun ini.

“Saya berharap kita menyaksikan perubahan dalam kebijakan Amerika yang merusak saat ini dan kembali ke hukum, komitmen  internasional, serta rasa hormat terhadap negara,” usar Jahangiri melalui jejaring sosial Twitter, dilansir Times of Israel, Ahad (8/11).

Jahangiri mengatakan era kepemimpinan Trump telah berakhir, menyusul kekalahannhya dalam pemilihan presiden AS yang dimulai pada 4 November lalu. Selama memimpin pemerintahan, kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pria berusia 74 tahun itu dianggap memberikan tekanan kuat terhadap Iran, secara khusus dengan berbagai sanksi dan keputusan Amerika menarik diri dari Perjanjian Nuklir pada 2018.

Sanksi yang diberikan AS di bawah pemerintahan Trump terhadap Iran telah menargetkan industri minyak yang dan memotong akses Teheran untuk pendapata di luar negeri, dengan memasukkan sektor perbankannya ke dalam daftar hitam. Tindakan ini didukung oleh Israel dan sejumlah negara sekutu AS di Teluk Arab.

“Warga Iran tak akan  melupakan rasa sakit yang disebabkan oleh gangguan mata pencaharian yang meluas, kurangnya akses pasien ke obat-obatan dan pembunuhan Qasem Soleimani,” jelas Jahangiri.

Soleimani, yang memimpin Pasukan Qods elit Pengawal Revolusi, tewas dalam serangan udara yang diluncurkan AS di dekat bandara Ibu Kota Baghdad, Irak pada Januari lalu.

Sementara itu, Biden selama kampanye pemilihan presiden mengatakan bahwa dirinya berencana untuk memulai jalur yang kredibel untuk kembali ke diplomasi dengan Iran, serta meningkatkan kemungkinan untuk kembali ke Perjanjian Nuklir 2015, yang dinegosiasikan ketika ia menjadi wakil presiden di masa kepemimpinan mantan presiden Barack Obama.

Presiden Iran Hassan Rouhani juga berharap pengalaman tiga tahun terakhir dari tekanan Trump terhadap Teheran akan menjadi pelajaran bagi pemerintahan AS berikutnya bahwa Iran akan melanjutkan perlawanannya.

Ia menegaskan bahwa negaranya telah menghadapi terorisme ekonomi selama tiga tahun terakhir dan tetap menunjukkan perlawanan serta kesabaran yang tak tertandingi.

Iran berharap bahwa pihak-pihak yang menjatuhkan sanksi menyadari bahwa jalan mereka salah dan tidak akan mencapai tujuan. Para pejabat negara itu juga mengatakan akan fokus pada kebijakan pemerintahan AS berikutnya, dibandingkan siapa yang terpilih menjadi presiden di Negeri Paman Sam.

Teheran juga menekankan bahwa kemungkinan kembalinya AS ke Perjanjian Nuklir 2015 harus disertai dengan kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh keputusan menarik diri. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa pemilihan AS tidak akan berpengaruh pada kebijakan negara itu terhadap Washington.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement