Senin 09 Nov 2020 09:28 WIB

Arab Saudi Ucapkan Selamat kepada Biden

Arab Saudi memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya dalam pemilu AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pidato pertamanya setelah dinyatakan menang dalam pemilihan pada Sabtu (7/11) waktu setempat.
Foto: EPA-EFE/ANDREW HARNIK
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pidato pertamanya setelah dinyatakan menang dalam pemilihan pada Sabtu (7/11) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Arab Saudi akhirnya memberi selamat kepada Joe Biden atas kemenangan meraih kursi kepersidenan Amerika Serikat, Ahad (8/11). Ucapan ini baru muncul lebih dari 24 jam setelah dia mengalahkan Donald Trump yang memiliki hubungan dekat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Mantan wakil presiden era Barack Obama ini berjanji dalam kampanyenya untuk menilai kembali hubungan dengan Saudi. Dia akan menuntut pertanggungjawaban lebih lanjut atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di konsulat Istanbul dan menyerukan diakhirinya dukungan AS untuk perang Yaman.

Baca Juga

Ketika negara-negara Arab lainnya berlomba untuk memuji penantang dari Partai Demokrat, penguasa de facto kerajaan tetap diam pada pemungutan suara AS. Padahal MBS mengirim kata-kata hangat kepada presiden Tanzania pada pemilihan ulangnya.

Baru pada pukul 19.32 Ahad, Raja Arab Saudi Salman dan putranya MBS memberi selamat kepada Biden dan Wakil Presiden terpilih, Kamala Harris. Ucapan itu disampaikan melalui kantor berita Saudi SPA.

“Raja Salman memuji hubungan yang berbeda, bersejarah, dan dekat antara kedua negara sahabat dan rakyat mereka yang semua orang ingin perkuat dan kembangkan di semua tingkatan,” SPA melaporkan.

Hubungan MBS dengan Trump telah memberikan kekaburan terhadap kritik internasional atas catatan hak asasi Riyadh. Dunia menyoroti pembunuhan Khashoggi, peran Riyadh dalam perang Yaman, dan penahanan aktivis wanita.

Area-area itu sekarang dapat menjadi titik gesekan antara Biden dan Arab Saudi yang menjadi eksportir minyak utama dan pembeli senjata AS. "Satu-satunya hal yang lebih buruk dari Covid-19 adalah BIDEN-20," tulis pengguna Twitter Saudi, Dr Muna.

Sumber politik Saudi mengecilkan risiko perselisihan antara kerajaan dan AS, merujuk pada hubungan bersejarah Riyadh dengan Washington. Namun, surat kabar Okaz dari Saudi menawarkan rasa ketidakpastian tentang masa depan bagi kerajaan. "Wilayah ini sedang menunggu ... dan bersiap ... untuk apa yang terjadi setelah kemenangan Biden," tulisnya di artikel halaman depan.

Kerajaan mungkin tidak perlu menunggu lama. Rekan di lembaga Chatham House Inggris, Neil Quilliam, mengatakan, pemerintahan Biden kemungkinan akan berusaha memberi sinyal sejak awal ketidakpuasannya dengan kebijakan dalam dan luar negeri Saudi.

"Pimpinan Saudi prihatin pemerintahan Biden dan Kongres yang bermusuhan akan melakukan tinjauan penuh atas hubungan, termasuk mengevaluasi kembali hubungan pertahanan dan karena itu kemungkinan akan membuat suara positif dan bergerak untuk mengakhiri konflik Yaman," kata Quilliam.

Arab Saudi adalah pendukung dari tekanan maksimum sanksi keras Trump terhadap Iran. Sedangkan Biden mengatakan akan kembali ke pakta nuklir 2015.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement