REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) dinilai tidak akan memberikan perubahan kebijakan strategis terhadap konflik Israel-Palestina. Kondisi ini pun telah disadari oleh beberapa pejabat Palestina.
Beberapa kantor berita Palestina memuat pernyataan pejabat Palestina dengan sudut pandang arti kemenangan presiden terpilih Biden. Perwakilan khusus Presiden Mahmoud Abbas, Nabil Shaath, mengatakan kepemimpinan Palestina tidak mengharapkan perubahan strategis dalam kebijakan AS terhadap Palestina. Namun, mereka hanya ingin menyingkirkan era Donald Trump yang digambarkan sebagai terburuk.
"Dari apa yang kami dengar dari Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris, saya pikir dia akan lebih seimbang dan tidak terlalu tunduk pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sehingga tidak terlalu berbahaya bagi kami dibandingkan Trump," kata Shaath.
Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hanan Ashrawi mengatakan langkah pertama adalah menyingkirkan Trump dan bahaya yang ditimbulkannya. Dia menilai Biden tidak akan menjadi penyelamat bagi Palestina. “Pemulihan hubungan Otoritas Palestina dengan AS setelah kemenangan Biden sedang dalam diskusi dan evaluasi,” katanya.
Ashrawi mengatakan puluhan tahun kebijakan AS pro-Israel menghasilkan kebijakan Trump. “Yang diperlukan adalah mengubah apa yang telah dilakukan Trump dengan secara radikal mengubah rasisme dan politik yang dia wakili, dan membangun hubungan berdasarkan visi baru keadilan, rasa hormat, dan kejelasan,” katanya.
Dalam konteks yang sama kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, meminta Biden untuk menetapkan koreksi historis atas jalannya kebijakan AS yang tidak adil terhadap rakyat Palestina. Langkah Trump telah menjadikan AS sebagai mitra ketidakadilan dan agresi, serta merusak stabilitas di kawasan dan dunia.
Haniyeh meminta pemerintahan baru untuk menarik diri dari rencana Timur Tengah yang telah diusung oleh Trump. Dia pun meminta Biden membatalkan keputusan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.