REPUBLIKA.CO.ID, QILIAN -- Gletser di pegunungan Qilian yang suram di China mencair dengan sangat cepat. Ini diduga akibat pemanasan global yang membuat gletser dengan cepat mencair.
Gletser terbesar dalam rangkaian pegunungan sepanjang 500 mil di tepi timur laut yang gersang di dataran tinggi Tibet telah menyusut sekitar 1.476 kaki sejak tahun 1950-an ketika para peneliti mendirikan stasiun pemantauan pertama di China untuk mempelajarinya.
Gletser telah menyusut sekitar 7 persen sejak pengukuran dimulai, dengan percepatan pencairan dalam beberapa tahun terakhir. Direktur di stasiun pemantauan, Qin Xiang, mengatakan yang juga mengkhawatirkan adalah berkurangnya ketebalan dengan sekitar 42 kaki es menghilang karena suhu meningkat.
"Kecepatan penyusutan gletser ini benar-benar mengejutkan," kata Qin dilansir di NY Post, Rabu (11/11).
Dataran tinggi Tibet dikenal sebagai Kutub Ketiga dunia karena jumlah es yang telah lama terkunci di hutan belantara dataran tinggi. Tetapi sejak 1950-an, suhu rata-rata di daerah itu telah meningkat sekitar 1,5 Celcius dan tanpa tanda-tanda penghentian pemanasan, ini menjadi prospek suram untuk 2.684 gletser di jajaran Qilian.
Data dari China Academy of Sciences menunjukkan di seluruh pegunungan, menghilangnya gletser 50 persen lebih cepat pada 1990-2010 dibandingkan pada 1956 hingga 1990. "Ketika saya pertama kali datang ke sini pada tahun 2005, gletser berada di sekitar titik di mana sungai membelok," kata Qin, menunjuk ke tempat lereng berbatu di lembah Laohugou.
Aliran air di sungai dekat ujung limpasan Laohugou No. 12 sekitar dua kali lipat dari 60 tahun lalu. Lebih jauh ke hilir, dekat Dunhuang, yang pernah menjadi persimpangan utama di Jalur Sutra kuno, air yang mengalir keluar dari pegunungan telah membentuk danau di gurun untuk pertama kalinya dalam 300 tahun.
Pemanasan global juga diduga sebagai penyebab perubahan cuaca yang telah membawa kondisi tak terduga lainnya. Hujan salju dan hujan kadang-kadang jauh lebih sedikit dari biasanya. Jadi, meskipun gletser yang mencair telah membawa lebih banyak limpasan, petani di hilir masih menghadapi kekurangan air untuk tanaman bawang dan jagung serta untuk hewan mereka.
Sebagian besar Sungai Shule, di pinggiran Dunhuang, kering atau berkurang menjadi genangan keruh, terisolasi di semak gurun pada bulan September. Fluktuasi baru juga membawa bahaya. "Di seluruh wilayah, air glasial yang mencair menggenang di danau dan menyebabkan banjir yang menghancurkan," kata juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Asia Timur, Liu Junyan.
"Di musim semi, kami melihat peningkatan banjir dan kemudian ketika air paling dibutuhkan untuk irigasi di musim panas nanti, kami melihat kekeringan," tambahnya.
Pakar Akademi Ilmu Pengetahuan China Shen Yongping mengatakan, pencairan di pegunungan bisa mencapai puncaknya dalam satu dekade, setelah itu pencairan salju akan menurun tajam karena gletser yang lebih kecil dan lebih sedikit. Kondisi ini bisa membawa krisis air.
Perubahan di Qilian mencerminkan tren pencairan di bagian lain dataran tinggi Tibet, sumber dari Yangtze dan sungai besar Asia lainnya.
"Gletser tersebut memantau tren pemanasan atmosfer yang berlaku untuk rantai pegunungan glasiasi di dekatnya yang menyumbang limpasan ke hulu Sungai Kuning dan Yangtze," kata Aaron Putnam, profesor ilmu bumi di Universitas Maine.