REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China kembali mendesak Amerika Serikat (AS) berhenti meningkatkan hubungan dengan Taiwan. Hal itu disampaikan setelah Washington dan Taipei mengumumkan akan mengadakan pembicaraan ekonomi bulan ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan negaranya menentang setiap pertukaran resmi antara AS dan Taiwan. "China mendesak AS umenghentikan segala jenis pertukaran resmi atau kontak dengan Taiwan dan berhenti meningkatkan hubungan substantif," kata Wang dalam pengarahan pers yang digelar pada Rabu (11/11).
Berbeda dengan China, Taiwan sangat menyambut dialog ekonomi dengan AS. "Dialog ini merupakan tonggak penting di Taiwan-AS. hubungan ekonomi. Ini menunjukkan bahwa Taiwan dan AS akan mengembangkan kerja sama yang lebih dekat dan lebih luas di bawah kemitraan strategis ekonomi global mereka," kata Kementerian Luar Negeri Taiwan dalam sebuah pernyataan.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengisyaratkan tak mengkhawatirkan adanya transisi pemerintahan dari Presiden AS Donald Trump ke capres terpilih Joe Biden. “Mungkin ada perubahan dalam pemerintah dan personel AS, tetapi kami yakin akan kelanjutan pengembangan hubungan Taiwan-AS," kata Tsai dalam sebuah pernyataan yang dirilis partainya, Democratic Progressive Party.
Taiwan telah lama mengupayakan perjanjian perdagangan bebas dengan AS. Taipei dilaporkan akan mengutus delegasi kecil ke Washington yang dipimpin Wakil Menteri Kesehatan Chen Chern-chy. Mereka akan menghadiri US-Taiwan Economic Prosperity Partnership Dialogue yang dijadwalkan dihelat pada 20 November mendatang.
Dalam pembicaraan itu, pihak AS akan dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Keith Krach. China sempat melayangkan kritik keras kepada Krach karena mengunjungi Taiwan pada September lalu. Krach adalah pejabat Departemen Luar Negeri paling senior yang mengunjungi Taiwan dalam empat dekade.
China bersitegang dengan AS terkait isu Taiwan. Secara resmi, AS mengikuti kebijakan "Satu China" yang tidak mengakui Taiwan sebagai entitas independen. Namun, Washington memiliki hubungan perdagangan dan bisnis dengan pulau itu dan memasok senjata ke sana. Beijing melihat Taiwan sebagai wilayahnya yang pada akhirnya harus bersatu kembali dengan mereka. China meningkatkan tekanan kepada Taiwan sejak Tsai Ing-wen terpilih sebagai presiden di wilayah tersebut pada 2016. China memandang Tsai sebagai seorang separatis.