REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan negaranya akan menindak 'agen penindas' di pemerintahan Iran. Hal tersebut dia sampaikan dalam rangka memperingati satu tahun kerusuhan di Iran.
"AS akan terus mempromosikan akuntabilitas dengan mengumumkan tindakan lebih lanjut terhadap agen penindas akhir pekan ini untuk membawa keadilan kepada rakyat Iran, korban paling lama dari Republik Islam Iran," kata Pompeo dilaporkan laman Arab News pada Ahad (15/11).
Pada 15 November 2019, ribuan warga Iran turun ke jalan untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar. Aksi itu berlangsung hampir di 200 kota Iran. Aparat keamanan Iran cukup brutal dalam menangani demonstrasi tersebut. Ratusan orang dilaporkan tewas.
Pompeo menggambarkan warga Iran yang terlibat dalam unjuk rasa tahun lalu sebagai 'pemberani'. "Saat para pengunjuk rasa menggunakan kebebasan berekspresi mereka, rezim menanggapi dengan mengekspresikan ideologi radikal kekerasan dan teror tanpa pandang bulu," kata Pompeo.
Menurut dia, aksi kekerasan terhadap demonstran memperlihatkan wajah asli rezim Iran. "Rezim membunuh sebanyak 1.500 warga Iran, termasuk setidaknya 23 anak," ujar Pompeo.
Pompeo menilai tindakan "teror" rezim Iran masih berlanjut sampai hari ini. Dia berpendapat Teheran telah mengabaikan hukumnya sendiri dan kewajiban internasional terhadap hak-hak rakyat Iran.
“Dunia harus memahami bahwa tidak ada orang moderat yang diberdayakan dalam rezim jahat seperti itu; hanya pejabat yang membela dan mencari keuntungan dari mesin kekejaman ini," kata Pompeo.