REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Armenia mulai menyerahkan wilayah Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan. Perpindahan penduduk seharusnya dilakukan hingga Ahad (15/11), tetapi Baku memperpanjang hingga 10 hari.
"Azerbaijan setuju untuk memperpanjang batas waktu penarikan dari Kalbajar angkatan bersenjata Armenia dan pemukim ilegal Armenia hingga 25 November,” kata penasihat kebijakan luar negeri Presiden Ilham Aliyev, Hikmet Hajiyev.
Penduduk distrik Kalbajar yang merupakan salah satu dari tujuh distrik berbatasan dengan Nagorno-Karabakh memulai eksodus massal. Mereka meninggalkan daerah pegunungan sejak hari-hari menjelang tanggal penarikan resmi pada Ahad.
Meski telah berjalan beberapa hari, terdapat warga masih bertahan di wilayah dengan mayoritas etnis Armenia itu. Azerbaijan pun setuju untuk memperpanjang batas waktu untuk mengosongkan sepenuhnya selama 10 hari kedepan.
Hajiyev mengatakan, Aliyev telah setuju atas dasar kemanusiaan untuk mengabulkan permintaan Armenia atas penundaan tersebut menyusul mediasi oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. “Cuaca semakin buruk, hanya ada satu jalan ke arah itu…dan kapasitas jalannya rendah,” katanya.
Dikutip dari Aljazirah, bagian penting dari kesepakatan perdamaian antara kedua negara termasuk pelepasan Armenia atas distrik Kalbajar dan Aghdam pada 20 November, dan Lachin pada 1 Desember. Hajiyev mengatakan, jadwal penarikan Armenia dari Aghdam dan Lachin tetap tidak berubah. Semua wilayah tersebut telah dipegang oleh etnis Armenia sejak konflik pada 1990-an.
Armenia telah melaporkan 2.317 milisi telah tewas dalam bentrokan selama enam pekan. Sedangkan, Azerbaijan belum mengungkapkan korban militer dan jumlah kematian sebenarnya. Namun, Putin mengatakan, jumlah korban jiwa di kedua belah pihak telah melampaui 4.000 orang dan puluhan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.