REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang jurnalis warga di China menghadapi ancaman pidana lima tahun penjara. Hal itu karena dia melaporkan situasi di Wuhan yang menjadi pusat pandemi Covid-19.
Dilaporkan laman BBC, jurnalis warga itu bernama Zhang Zhan. Dia adalah mantan pengacara berusia 37 tahun. Pada Februari lalu, Zhang mengunjungi Wuhan dan membuat banyak laporan terkait situasi di sana. Dua laporan yang dibuatnya antara lain tentang penahanan jurnalis independen dan pelecehan terhadap keluarga korban yang mencari pertanggungjawaban.
Menurut The Network of Chinese Human Rights Defenders (CHRD), pada 14 Mei, Zhang menghilang dari Wuhan. Sehari kemudian muncul laporan bahwa Zhang telah ditahan oleh polisi di Shanghai, Jarak antara Wuhan dan Shanghai sekitar 640 kilometer.
Sejak saat itu, Zhang ditahan. Pada 19 Juni, dia secara resmi ditangkap. Kemudian pada 9 September, pengacaranya diizinkan untuk bertemu dengannya. CHRD mengatakan Zhang melakukan mogok makan untuk memprotes penangkapannya. Pada 18 September, pengacaranya menerima panggilan telepon bahwa dia telah didakwa. Dia secara resmi didakwa Jumat (13/11) pekan lalu.
Lembar dakwaan yang diterbitkan pada Senin (16/11) menuduh Zhang telah menyebarkan informasi palsu melalui teks dan video dengan memanfaatkan platform seperti Youtube, Twitter, serta WeChat. Zhang pun dituding telah menerima wawancara media asing dan dengan jahat menyebarkan informasi tentang virus di Wuhan.
Zhang dianggap telah "memicu perselisihan dan memprovokasi masalah", tuduhan yang kerap digunakan terhadap aktivis di China. Dia terancam menghadapi hukuman empat sampai lima tahun penjara.
Itu bukan pertama kalinya Zhang mengalami masalah dengan pihak berwenang. Menurut CHRD, pada September 2019, dia pernah dipanggil kepolisian Shanghai dan ditahan karena menyuarakan dukungan untuk aktivis di Hong Kong. Zhang dilaporkan dipaksa menjalani pemeriksaan kejiwaan selama dalam penahanan.
Zhang bukan orang pertama yang menghadapi masalah setelah membuat laporan tentang situasi di Wuhan. Setidaknya terdapat tiga orang yang hilang pada Februari lalu. Pertama bernama Li Zehua. Dia kembali muncul pada April dan mengatakan telah "dikarantina".
Kedua bernama Chen Qiushi. Belakangan diketahui bahwa dia ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah. Sedangkan yang ketiga bernama Fang Bin. Hingga kini belum ada pihak yang mengetahui atau melaporkan tentang keberadaannya.