Kamis 19 Nov 2020 14:41 WIB

Arab Saudi Berambisi Jadi Pemasok Hidrogen Terbesar

Arab Saudi telah bertekad untuk menjadi pemasok hidrogen terbesar

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Molekul hidrogen. Ilustrasi
Foto: Google
Molekul hidrogen. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pengekspor minyak terbesar di dunia, Arab Saudi, telah bertekad untuk menjadi pemasok hidrogen terbesar. Hidrogen dinilai merupakan bahan bakar yang dipandang penting untuk mengekang perubahan iklim.

"Saudi memiliki rencana ambisius dan tidak akan tersaingi dalam usahanya sebagai pengekspor hidrogen terbesar di dunia," kata Menteri Energi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, pada kegiatan jumpa pers di Riyadh, dilansir di Al Arabiya, Kamis (19/11).

Cadangan gas alam kerajaan yang besar memungkinkannya menghasilkan blue hydrogen. Hal ini disampaikan mengacu pada bentuk bahan bakar yang dibuat ketika gas terbentuk kembali dan produk sampingan karbon dioksida yang ditangkap.

Pada bulan September, negara tersebut mengirimkan kargo blue hydrogen. Gas ini lantas pertama di dunia diubah menjadi amonia di Jepang.

Kerajaan juga berencana untuk menghasilkan hidrogen dari tenaga surya yang disebut green hydrogen. Pembuatan hidrogen jenis ini akan dilakukan di sebuah fasilitas senilai 5 miliar USD di Neom, sebuah kota futuristik yang sedang dibangun di Laut Merah, mulai tahun 2025.

Dengan menambahkan hidrogen ke dalam campurannya, Arab Saudi berharap dapat mempertahankan perannya sebagai pemasok energi penting. Saudi juga menilai saat ini lebih banyak negara yang beralih dari bahan bakar fosil yang mengeluarkan polusi.

Meski demikian, gas hidrogen sangat sulit diangkut dan membutuhkan banyak energi untuk memproduksinya. Melihar aspek dan prosesnya, harga bahan bakar ini menjadi lebih mahal.

Menurut Badan Energi Internasional, biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapat green hydrogen ditakar antara 3.50 hingga 5,00 euros (Rp 59ribu - Rp 84ribu) per kilogram. Sementara untuk proses konvensional dan kotor yang menghasilkan hidrogen abu-abu atau coklat harganya 1,5 euro (Rp 25ribu). Biaya produksi blue hydrogen terletak di antara dua tingkat ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement