REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pertama kalinya setelah enam dekade pemimpin pemerintah Tibet yang berada di pengasingan mengunjungi Gedung Putih. Langkah ini diprediksi memicu amarah China yang menuduh Amerika Serikat (AS) mencoba merusak stabilitas di kawasan.
Dalam siaran persnya Pemerintah Pusat Tibet (CTA) mengatakan, Presiden CTA Lobsan Sangay diundang ke Gedung Putih untuk bertemu dengan Koordinator Khusus untuk isu Tibet Robert Destro.
"Pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya mungkin akan menetapkan nada optimistis untuk persiapan CTA dengan pemerintah AS dan akan diresmikan dalam beberapa tahun ke depan," kata CTA yang bermarkas di Dharamshala, India, Sabtu (21/11).
Tibet salah satu isu yang menjadi titik perselisihan AS dan China. Hubungan dua perekonomian terbesar di dunia itu berada di titik terendahnya dalam beberapa dekade terakhir.
Pada Juli lalu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh China melanggar hak asasi masyarakat Tibet. Ia mengatakan, Washington mendukung 'otonomi berarti' wilayah tersebut.
Sejak itu, Beijing menuduh Amerika menggunakan Tibet untuk mempromosikan 'separatisme' di China. China juga menolak terlibat dengan Destro.
China menduduki Tibet pada 1950 atas apa yang mereka sebut sebagai 'liberalisasi damai' untuk membantu wilayah itu melupakan 'masa lalu feodalisme'. Tetapi, kritik yang dipimpin tokoh spiritual Dalai Lama mengatakan Beijing melakukan 'genosida budaya'.
Pada Agustus lalu Presiden China Xi Jinping mengatakan, untuk melindungi persatuan nasional, Chinaperlu membangun 'benteng tak tertembus' di Tibet.