REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyerukan pentingnya dukungan keuangan global untuk memulihkan ekonomi dunia setelah porak-poranda dilanda pandemi Covid-19.
Menurut Presiden Jokowi, panggilan Presiden Joko Widodo negara-negara G20 sudah mulai melaksanakan komitmen membantu negara berkembang dengan melakukan restrukturisasi utang untuk negara berpendapatan rendah.
"Restrukturisasi utang ini harus dibarengi dengan ditingkatkannya manajemen utang (sound debt management) termasuk transparansi data dan dijaganya keberlanjutan fiskal," kata Presiden Jokowi dalam sesi pertama KTT G20 yang bertemakan "Mengatasi Pandemi serta Memulihkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan”, Sabtu (21/11).
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) sebelumnya telah meminta dukungan dana sebesar USD2,5 triliun agar negara berkembang mampu keluar dari keterpurukan ekonomi dengan memperlebar ruang fiskalnya. Menurut Presiden Jokowi, dukungan bagi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan menjadi sangat penting untuk terus diberikan bagi negara-negara berkembang. Karena apabila dikurangi secara terburu-buru, maka pemulihan ekonomi dunia dikhawatirkan akan berjalan dalam waktu yang lama, ujar dia.
"Keleluasaan fiskal negara berkembang dibutuhkan untuk membiayai social safety net, mendongkrak konsumsi domestik, serta menggerakkan ekonomi kecil dan menengah," ujar dia.
Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya pendanaan bagi pemulihan kesehatan. Menurut dia, dunia tidak akan sehat kecuali semua negara sudah sehat.
“Vaksin adalah salah satu amunisinya," ujar Presiden Jokowi.
Menurut dia, akses terhadap vaksin Covid-19 harus dapat tersedia bagi semua negara tanpa terkecuali. Karena itu, komitmen politik negara-negara G20 sangat dibutuhkan untuk memobilisasi pendanaan global bagi pemulihan kesehatan.
Bulan lalu, Sekretaris Jenderal PBB menyerukan perlunya solidaritas yang lebih kuat bagi negara berkembang di masa sulit akibat pandemi Covid-19. Tanpa bantuan negara-negara G20, negara berkembang dan terbelakang tidak mudah pulih dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi.