Rabu 25 Nov 2020 08:32 WIB

Jepang Diprediksi Hadapi Gelombang Ketiga Wabah

Laju penyebaran infeksi Covid-19 di Jepang semakin meningkat

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Pejalan kaki yang mengenakan topeng pelindung berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat pusat perbelanjaan komunitas mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pejalan kaki yang mengenakan topeng pelindung berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat pusat perbelanjaan komunitas mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Seorang penasihat Pemerintah Jepang mengatakan laju infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) di negara itu semakin cepat. Bahkan Jepang diprediksi menghadapi masa kritis dalam dua pekan ke depan.

Presiden Asosiasi penyakit Menular Jepang dan anggota komite kesehatan darurat pemerintah Kazuhiro Tateda mengatakan dalam waktu dua pekan ini sangat penting bagi negara itu untuk mengendalikan krisis. Ia juga memperingatkan bahwa untuk mengekang penyebaran virus akan berarti penerapan kembali pembatasan ketat pada pergerakan dan penutupan fasilitas umum.

Baca Juga

“Sayangnya situasi semakin para dan meski kami tidak tahu alasan pastinya ada beberapa faktor di balik penyebaran virus,” ujar Tateda dilansir DW, Selasa (24/11).

Tateda mengatakan suhu rendah mungkin mendorong penyebaran virus corona jenis baru. Demikian pula dengan orang yang tinggal di ruang terbatas, seperti di ruang terbatas seperti di rumah yang sempit karena tidak memiliki ventilasi yang memadai.

“Kami juga melihat orang lelah mengisolasi diri, membatasi tempat yang dikunjungi, dan ingin bertemu dengan orang-orang terdekat sehingga menjadi lengah,” jelas Tateda.

Tateda juga mengatakan saat ini hal yang paling berbahaya adalah makan dan minum di restoran, karena saat ini orang-orang berada dalam ruangan tertutup yang tidak berventilasi. Orang-orang juga cenderung berbicara satu sama lain yang menghasilkan lebih banyak tetesan.

“Anda juga saat itu cenderung melakukan kontak dekat satu sama lain dan lupa mengikuti protokol kesehatan,” ungkapnya.

Otoritas kesehatan Jepang melaporkan 1.519 kasus baru pada Senin (23/11). Ini adalah pertama kalinya jumlah berada di bawah ambang batas 2.000 dalam lima hari.

Ada 314 kasus tambahan di Tokyo pada hari yang sama, di atas level 300 selama enam hari berturut-turut. Secara total, ada 128 ribu kasus Covid-19 di seluruh wilayah Negeri Matahari Terbit dan terdapat lebih dari 2.000 kematian.

Terlepas dari peringatan tersebut, Pemerintah Jepang telah menyatakan bahwa rencana untuk tetap membuka sekolah dilakukan. Hal ini juga dilakukan meskipun otoritas pendidikan meminta para guru untuk menggunakan kewaspadaan maksimum selama kegiatan belajar mengajar dimulai kembali selama musim dingin atau ahir tahun ini.

Kampanye Go To Travel yang sangat diperjuangkan Pemerintah Jepang telah mendapat pukulan setelah Yasutoshi Nishimura, menteri yang mengawasi respons pandemi, mengatakan tujuan wisata populer Osaka dan Sapporo, kota terbesar di Hokkaido akan dihindari. Destinasi wisata itu juga dikeluarkan dari promosi wisata selama tiga pekan ke depan karena lonjakan kasus di wilayah tersebut.

Ada juga kemungkinan bahwa Tokyo akan dikeluarkan dari tujuan wisata yang direkomendasikan. Di sana terdapat kebijakan subsidi yang secara efektif membuat orang-orang mendapat bantuan setengah dari biaya transportasi dan akomodasi karena angka kasus yang juga melonjak.

Tateda mengatakan seluruh skema Go To Travel yang dibuat Pemerintah Jepang mungkin harus ditangguhkan terlebih dahulu jika gelombang ketiga wabah Covid-19 terjadi seperti yang diprediksi. Ia menyebut tak hanya kota-kota besar di Negeri Sakura tersebut yang terpengaruh dengan virus corona jenis baru.

“Kami telah melihat peningkatan kasus Covid-19 serupa di prefektur Aichi, Hyogo, dan Kanagawa. Jumlahnya meningkat terlalu cepat sehingga kami perlu setidaknya membahas penangguhan kampanye wisata untuk seluruh Jepang, bukan hanya di beberapa area tertentu,” jelas Tateda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement