REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Unicef yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) fokus menunaikan misi besar-besaran mengangkut hampir 2 miliar dosis vaksin Covid-19. Vaksin sebanyak itu akan dikirim dan diterbangkan ke negara-negara berkembang pada tahun depan.
Dalam rapat G20 baru-baru ini, para pemimpin dunia berjanji untuk memastikan distribusi vaksin secara adil, termasuk ke negara-negara berkembang dan miskin. Unicef mengatakan telah menjalin kerjasama dengan lebih dari 350 maskapai penerbangan dan perusahaan pengangkutan untuk mengirimkan vaksin dalam jumlah miliaran.
Dalam rencana pengiriman itu, ada sebanyak satu miliar jarum suntik yang ditargetkan ke negara-negara miskin seperti Burundi, Afghanistan dan Yaman. Program bantuan vaksin Unicef sendiri merupakan bagian dari Covax, sebuah rencana alokasi vaksin Covid-19 global dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ).
"Kolaborasi yang tak ternilai ini akan sangat membantu untuk memastikan bahwa kapasitas transportasi yang cukup tersedia untuk misi bersejarah dan besar-besaran ini,” kata Etleva Kadilli selaku direktur divisi pasokan Unicef dilansir dari the Guardian pada Rabu (25/11).
Covax initiative diketahui adalah program bentukan WHO untuk memastikan tersedianya vaksin COVID-19 bagi negara-negara berkembang yang secara ekonomi dan akses kesulitan mendapatkan suplai.
Terdapat sekitar 75 negara yang mendukung inisiatif Covax. Dalam prosesnya, mereka akan membantu pengadaan vaksin dengan memberikan pendanaan yang diperlukan. Targetnya, ada 90 negara miskin yang akan terbantu oleh inisitaif ini.
Kerjasama Unicef dengan Covax menjadikan Unicef sebagai pembeli vaksin tunggal terbesar di dunia. Unicef memperoleh lebih dari 2 miliar dosis vaksin setiap tahun untuk imunisasi rutin dan tanggapan wabah yang disalurkan ke hampir 100 negara.