REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komunitas internasional menjanjikan dana bantuan sebesar 12 miliar dolar AS untuk Afghanistan. Dana tersebut akan dikucurkan bertahap selama empat tahun. Untuk 2021, dijanjikan pemberian tiga miliar dolar AS.
Komitmen bantuan itu tercapai dalam 2020 Afghanistan Conference yang dihelat selama dua hari, yakni pada 23-24 November, di Jenewa, Swiss. Konferensi itu diselenggarakan bersama oleh Afghanistan dan Finlandia dengan PBB, 66 negara, termasuk organisasi serta lembaga internasional.
Menteri Pembangunan Finlandia Ville Skinnari adalah tokoh yang mengumumkan janji dana bantuan untuk Afghanistan setelah berakhirnya konferensi. "Pemerintah Afghanistan dan mitra pembangunan menyetujui seperangkat prinsip yang mendasari penghormatan kerja sama terhadap demokrasi. Aturan hukum, hak asasi manusia (HAM), dan kesetaraan gender adalah tiga syarat untuk masa depan kerja sama," kata Ville pada Selasa (24/11), dikutip laman Anadolu Agency.
Utusan Khusus PBB untuk Afghanistan Deborah Lyons mengatakan dana bantuan yang dijanjikan tidak datang dengan gratis. Kekerasan mesti dikurangi dan gencatan harus dicapai.
"Syarat lain menyebutkan amanat yang kuat tentang langkah-langkah antikorupsi guna memastikan bahwa hak-hak perempuan, hak minoritas, kebebasan pers, hak etnis, hak beragama harus terus dipertahankan, dan bahkan ditingkatkan jika memungkinkan," ujar Lyons.
Menteri Luar Negeri Afghanistan Mohammad Hanif Atmar mengatakan Taliban harus mendengarkan tuntutan yang dibuat dunia. "Taliban tahu bahwa ada solusi militer untuk masalah ini. Tidak ada yang akan menjadi pemenang dari perang ini, tapi semua orang akan menjadi pemenang dari solusi politik," ucapnya.
"Jika mereka tidak menerima, mereka harus menjelaskan kepada rakyat Afghanistan bahwa mereka bantuan mereka. Jadi, Taliban memiliki setiap insentif untuk memanfaatkan ini," kata Atmar.
Saat ini, Pemerintah Afghanistan tengah menjalin pembicaraan damai dengan Taliban di Doha, Qatar. Hal itu diharapkan dapat berjalan lancar guna mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 19 tahun. Sebelumnya Taliban telah mencapai kesepakatan damai dengan sekutu utama Afghanistan, yakni Amerika Serikat (AS).
Di bawah kesepakatan tersebut, Washington setuju untuk menarik pasukannya dari Afghanistan secara gradual. Pada Selasa (17/11) lalu, AS mengumumkan akan secara tajam mengurangi jumlah personel militernya di Afghanistan dari 4.500 menjadi 2.500. Pengumuman itu muncul karena telah terjadi peningkatan kekerasan di Afghanistan. Taliban terus melakukan serangan yang menargetkan para pemimpin pemerintah, pasukan keamanan, dan warga sipil.