REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menuntut India mencabut larangan penggunaan aplikasi asal negaranya. Beijing menilai kebijakan tersebut diskriminatif.
"Metode yang relevan jelas melanggar prinsip pasar dan pedoman WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), dan sangat merugikan hak dan kepentingan hukum perusahaan Cina," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian dalam pengarahan pers pada Rabu (25/11), dikutip laman TRT.
Zhao tidak memberikan indikasi apakah Beijing akan membalas kebijakan India. “Pihak India harus segera memperbaiki praktik diskriminatif ini agar tidak menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada kerja sama antara kedua belah pihak," ujarnya.
Pada Juni lalu, Pemerintah memblokir 59 aplikasi asal dan yang terhubung ke China. Puluhan aplikasi itu dianggap menimbulkan ancaman bagi keamanan dan kedaulatan negara tersebut.
TikTok, UC Browser, WeChat, dan SHAREiT termasuk dalam aplikasi yang diblokir. Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi India mengungkapkan pihaknya telah menerima banyak keluhan dari berbagai sumber, termasuk beberapa laporan tentang penyalahgunaan sejumlah aplikasi seluler yang tersedia di platform Android dan iOS.
Contoh penyalahgunaan itu adalah pencurian data pengguna. Data tersebut kemudian ditransmisikan secara ilegal ke server di luar India. Tindakan itu dianggap membahayakan keamanan dan pertahanan nasional India.
“Mengingat sifat ancaman yang muncul, (Kementerian Teknologi Informasi) telah memutuskan memblokir 59 aplikasi karena mengingat informasi yang tersedia, mereka terlibat dalam kegiatan yang merugikan kedaulatan dan integritas India, pertahanan India, keamanan negara, dan ketertiban umum,” kata Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi India dalam keterangannya pada 29 Juni lalu.
TikTok adalah salah satu perusahaan yang membantah pernyataan Pemerintah India. "TikTok terus mematuhi semua persyaratan privasi dan keamanan data berdasarkan hukum India dan belum berbagi informasi pengguna kami di India dengan pemerintah asing, termasuk Pemerintah Cina," ujar Head of TikTok India Nikhil Gandhi dalam sebuah pernyataan pada 30 Juni lalu, dikutip laman Aljazirah.
Dia mengatakan, jika memang diminta di masa mendatang, tindakan semacam itu tidak akan dilakukan oleh perusahaannya. "Kami menempatkan kepentingan tertinggi pada privasi dan integritas pengguna," ucap Gandhi.