REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penasihat ilmiah pemerintah Prancis mengatakan negara itu akan kembali normal pada pertengahan tahun depan. Prancis akan normal bila 80 hingga 90 persen penduduknya sudah mendapatkan vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona.
Namun hal itu mungkin akan sulit dicapai, pasalnya Prancis salah satu negara Barat yang paling skeptis terhadap vaksin. Sikap itu dipicu oleh berbagai teori konspirasi yang menolak sains.
Pada Kamis (26/11) pakar epidemiologi Arnaud Fontanet memberitahu stasiun televisi BFM TV sekitar 90 persen penduduk Prancis harus divaksin. Bila negara itu ingin kembali hidup normal pada musim semi tahun depan.
Berdasarkan jajak pendapat yang digelar Ipsos untuk World Economic Forum hanya 59 persen responden Prancis yang mengatakan akan divaksin Covid-19 bila vaksin sudah tersedia. Angkan ini lebih rendah dibandingkan responden Amerika Serikat (AS) yang sebesar 67 persen atau Inggris sebesar 85 persen.
Pada Selasa (25/11) kemarin Presiden Emmanuel Macron mengatakan vaksin Covid-19 akan diberikan pada akhir tahun bila regulator Prancis sudah menyetujuinya. Ia menambahkan vaksin tidak wajib.
Sekutu utama Macron yang moderat, Francois Bayrou mengatakan ia lebih suka bila pemerintah mewajibkannya. Sebab akan lebih efektif dan keamanannya lebih terjamin.
Perdana Menteri Jean Castex dijadwalkan akan menyampaikan program vaksinasi pemerintah dalam konferensi pers. Ia akan menjabarkan bagaimana Prancis membuka karantina nasional dengan perlahan-lahan.
Prancis mengonfirmasi 2,17 juta kasus positif Covid-19. Angka ini keempat tertinggi di dunia di belakang AS, India dan Brasil. Sementara angka kematian terkait virus Corona mencapai 50.618 kasus, peringkat ketujuh di dunia.