REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Salah satu produsen farmasi terkemuka di China Sinopharm mengajukan permohonan izin memasarkan vaksin Covid-19 setelah tidak ada efek negatif terhadap beberapa orang yang menerima suntikan selama uji klinis hingga tiga tahap.
Permohonan telah diajukan ke Badan Produk Medis Nasional (NMPA) agar segera dipelajari, demikian pernyataan Wakil General Manager Sinopharm Shi Shengyi dikutip medina nasional China, Kamis (26/11). Menurut dia, dengan izin tersebut, maka tidak lama lagi vaksin yang sedang ditunggu-tunggu masyarakat itu sudah bisa diperoleh di pasaran.
Dua kandidat vaksin yang telah dikembangkan anak perusahaan Sinopharm, China National Biotec Group Co (CNBG), telah mendapatkan persetujuan untuk digunakan dalam keperluan darurat sejak Juli lalu. Beberapa petugas medis dan kelompok masyarakat China yang menghadapi risiko tinggi telah mendapatkan suntikan dua kandidat vaksin buatan CNBG itu.
Hampir sejuta orang dalam situasi darurat telah menggunakan vaksin CNBG tersebut tanpa ada laporan dampak merugikan. Berdasarkan survei, vaksin yang menggunakan virus inaktif itu tidak mampu menduplikasi diri dalam sel tubuh manusia agar bisa memunculkan kekebalan sehingga dibutuhkan dua dosis penggunaan.
CEO Sinopharm Liu Jingzhen mengatakan kandidat vaksinnya sudah melalui uji klinis tahap ketiga di 10 negara, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Peru, dan Argentina dengan melibatkan 60.000 orang yang disuntik. Sampel darah diambil dari 40.000 orang dalam 14 hari setelah suntikan kedua dan hasilnya bagus, demikian Liu.
Dia juga menambahkan bahwa di antara warga China yang telah disuntik vaksin Sinopharm, yakni pekerja proyek konstruksi, diplomat, dan mahasiswa yang hendak bepergian ke luar negeri, tidak ada yang terinfeksi Covid-19.